NUNUKAN, infoSTI– Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, telah menerima hasil pemeriksaan laboratorium pasca peristiwa keracunan MBG di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (30/9/2025) lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Nunukan, Miskia mengatakan, dari 5 sampel, masing masing, telur balado, semangka, tahu balado, nasi putih, tumis wortel dan sawi putih yang diuji mikrobiologi dan kimia di BPOM Tarakan, tidak ditemukan cemaran kimia pada sampel tersebut.
‘’Namun berdasarkan uji mikrobiologi beberapa diantaranya, terindikasi tidak memenuhi syarat sesuai Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 dan Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019. Dimana sampel pangan tersebut terindikasi cemaran bakteri Bacillus cereus yang menyebabkan gejala nyeri perut, mual, muntah dan kadang diare,’’ ujar Miskia, ditemui Kamis (16/10/2025).
Begitu juga dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi dari BBLKM Surabaya.
Dari 3 spesimen muntahan dan 1 spesimen feses/tinja yang diambil dari korban, semua mengandung bakteri yang sama.
‘’Kesimpulan hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel pangan dan spesimen muntahan dan feses, terdapat korelasi bahwa yang menjadi penyebab terjadinya keracunan MBG di Kecamatan Sebatik Tengah, adalah bakteri,’’ tegasnya.
Ada sejumlah faktor yang mengakibatkan menu MBG mengandung bakteri Bacillus Cereus.
Diantaranya, SPPG menyiapkan makanan matang pada suhu ruang tak sesuai, menyimpannya di dalam wadah besar di dalam kulkas, menyentuh makanan matang atau pada suhu hangat (suhu inkubasi bakteri).
Menyiapkan makanan lebih dari 4 jam sebelum dikonsumsi, pemanasan kembali pada makanan sisa yang tidak mencukupi, fermentasi makanan berasam rendah tak normal.
‘’Penggunaan kipas angin untuk pendinginan makanan, serta tata cara pembersihan dan penyimpanan ompreng tidak memenuhi syarat, juga menjadi penyebab muncul bakteri,’’ urai Miskia.
Dengan hasil tersebut, Dinas Kesehatan Nunukan menganjurkan SPPG Sebatik Tengah untuk mengikuti pelatihan keamanan pangan siap saji bagi penjamah pangan, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan makanan dari awal pemilihan bahan baku, sampai penyajian.
Sehingga bisa diminimalisir terjadinya bahaya keracunan pangan.
SPPG juga diminta melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para penjamah makanan, melalui koordinator BGN Propinsi Kalimantan Utara dan Mitra dapur SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim Sebatik.
‘’Pihak mitra dapur SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim Sebatik telah ditutup sementara agar melakukan pembenahan dan melengkapi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS),’’ kata Miskia.
Dinkes Nunukan beserta Puskesmas setempat, akan terus melakukan pengawasan serta pendampingan kepada semua SPPG yang ada di Kabupaten Nunukan.
Selain itu, Tim Satgas MBG Kabupaten Nunukan mengharapkan agar penambahan jumlah kuota porsi setiap dapur SPPG, agar disesuaikan dengan kondisi, luasan dapur dan jarak tempuh antara SPPG dan sekolah.
‘’Semua SPPG tanpa kecuali, agar mengikuti dan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) keamanan pangan siap saji,’’ katanya lagi.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 147 anak anak sekolah di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara mengalami keracunan masal akibat mengkonsumsi menu MBG, pada Selasa (30/9/2025).
Mobil ambulance terus meraung, dan sejumlah puskesmas di perbatasan RI – Malaysia ini penuh sesak dengan pasien dengan gejala muntaber serta diare.
Sampel makanan dan muntahan korban diambil. Sampel makanan dikirim ke BPOM Tarakan, sementara sampel muntahan dikirim ke Laboratorium Surabaya.
Bupati Nunukan, Irwan Sabri, langsung meninjau para korban dan menegaskan bahwa SPPG akan dihentikan sementara.
“Dan SPPG yang baru beroperasi dua hari di Kecamatan Sebatik Tengah, pasti kita nonaktifkan dulu sampai ada kejelasan apakah menu yang disajikan beracun atau ada faktor lainnya yang mengakibatkan puluhan anak keracunan,” ujar Irwan Sabri saat itu.