NUNUKAN, infoSTI – Kejadian bencana alam di dataran tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, datang bertubi tubi.
Mulai banjir yang mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas umum, hingga lahan pertanian warga, sampai kejadian longsor pada tebing yang berada di ruas Jalan Lingkar, Selasa (20/5/2025).
Longsor, memutus sepenuhnya akses keluar dari Krayan Tengah.
‘’ Selasa 20 Mei 2025, terjadi bencana Longsor pada Jalan Lingkar Krayan yang link kewenangan Provinsi kalimantan Utara. Itu antara Long Padi dengan Long Rungan,’’ ujar Camat Krayan Tengah, Marjuni, dihubungi, Jumat (23/5/2025).
Saat pertama longsor, jalan yang ambles sekitar 8 meter, namun kini sudah melebar menjadi sekitar 30 meter.
Jalanan terputus, dan sama sekali tak bisa dilewati kendaraan.
‘’Kondisi jalanan itu sebelah bawah jalan longsor adalah jurang, sementara bagian atas tebing,’’ jelas Marjuni.
Sementara ini, masyarakat yang melintas, akan meninggalkan kendaraan mereka di salah satu sisi jalan yang longsor.
Mereka nekat meniti tepian tebing demi mencapai seberang longsoran.
‘’Potensi bahayanya cukup tinggi ya. Kondisi tepi tebing basah dan licin, sementara dibawahnya jurang. Tidak bisa dibuat jalan darurat, sementara material longsor hanya bisa dikeruk dengan alat berat,’’ katanya lagi.
Dampak longsor pada Jalan Lingkar Krayan mengakibatkan aktifitas masyarakat 5 Desa di wilayah Krayan Tengah yang biasa melewati Jalur Long Padi – Long Rungan, lumpuh total.
Desa yang terdampak bencana longsor dimaksud adalah :
- Desa Long Rungan.
- Desa Tang Paye.
- Desa Long Kelupan.
- Desa Long Padi.
- Desa Tang Badui.
‘’Jika tidak di tangani cepat, ini akan berimbas kepada perekonomian masyarakat. Pasakon barang kebutuhan pokok masyarakat terhenti, persedian berkurang,’’ urai Marjuni.
Marjuni menegaskan, akses yang sulit di 5 Kecamatan Krayan, memang belum pernah ada solusi sejak Indonesia merdeka.
Sampai hari ini, pasokan Sembako dan BBM harus melewati jalanan berlumpur yang menenggelamkan kendaraan, dan membuat kerusakan pada mesin.
Jalur yang dalam waktu normal hanya ditempuh hitungan jam, kini harus berhari hari.
Di sepanjang jalan utama di Krayan, pemandangan mobil atau motor yang rusak akibat lumpur, menjadi pemandangan biasa.
Para pengemudi atau pengendara yang tidur di hutan karena kelelahan dan belum mampu memperbaiki mesin kendaraan yang rusak, bukan lagi hal aneh.
‘’Beginilah Krayan, kita sudah sering suarakan, kini hanya bisa berdo’a saja kondisi Krayan bisa berubah,’’ kata Marjuni.