NUNUKAN, infoSTI – Gambaran wilayah perbatasan dengan segala keterbatasannya, kembali tersaji melalui sebuah video yang diunggah warga Adat Krayan, Nunukan, Kaltara.
Saking bahagianya mereka akan memiliki jalur untuk keluar desa, mereka melakukan survey jalan untuk melaporkan kondisi dan keadaan jalan yang bakal dibuka untuk jalur alternative yang menghubungkan Desa Wa’Yagung dengan Desa terisolir lain di pelosok Krayan Timur.
Namun kegembiraan tersebut, terenggut karena salah satu warga Desa Wa’Yagung, Juehari Ruyen Tiki (44) yang bertugas melakukan survey, jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.
Video perjalanan warga Desa Wa’Yagung menembus belantara selama dua hari dua malam, tersebar di media social, dan menjadi tragedy menyedihkan bagi warga perbatasan Negara.
Terlihat seorang laki laki ditandu dengan kain dan dua batang kayu, dibawa terus berjalan menyusuri medan terjal hutan Krayan, hingga menyeberangi sungai.
‘’Itu kakak saya, dia memang kondisinya sakit. Tapi saking gembiranya Wa’Yagung akan punya jalan penghubung menuju desa lain, dia nekat ikut survey,’’ ujar Anggota DPRD Nunukan, Rian Antoni, saat dihubungi, Sabtu (3/5/2025).
Sejak Merdeka, kata Rian, kondisi Desa Wa’Yagung memang terisolir dan menyedihkan.
Untuk masuk Desa Wa’Yagung, mereka akan melewati jalanan lumpur yang tak ubahnya dengan jalur kerbau.
Hewan penghisap darah, lintah, demikian banyaknya menempel di dedaunan hutan, dan akan melengket dan memenuhi tubuh orang yang masuk ke Desa terisolir di Krayan Timur ini.
Untuk membawa masuk barang barang, tenaga kerbau masih menjadi andalan.
Barang bawaan akan diikat di dua batang kayu yang nantinya akan ditarik kerbau, masuk perkampungan.
‘’Dan akhirnya, jalan alternative untuk Wa’Yagung menuju desa lain masuk Perda Tata Ruang 2024. Betapa bahagianya warga Desa Wa’Yagung. Itu yang mendasari mereka melakukan survey jalan alternative sepanjang 14 Km lebih itu,’’ kata Rian.
‘’Tapi bahagia mereka harus dibunuh oleh kesedihan. Kakak saya meninggal saat survey. Kabar pembukaan jalan alternative itu saya yang sampaikan. Dan meninggalnya kakak saya, menjadi pukulan berat buat saya,’’ tutur Rian Antoni.
Bagaimana orang tidak sedih, lanjutnya. Seorang kakak yang selama ini mendukung dan memberinya semangat sejak kecil, harus meninggal saat salah satu cita cita warga desa memiliki jalur alternatif penghubung dengan desa lain, belum terwujud.
Rian yang merupakan Ketua Komisi III DPRD Nunukan ini mengatakan, sampai hari ini, warga Desa Wa’Yagung akan menghentikan semua kerja mereka ketika ada warga sakit, yang mengharuskannya dibawa ke fasilitas kesehatan.
Mereka akan berkumpul untuk bergantian mengusung tandu berisikan warga sakit, menembus hutan belantara, melewati jalan terjal perbukitan, dan melalui tebing dan lembah curam, demi penanganan medis.
Mereka harus menempuh jalanan sulit sepanjang 18 Km menuju wilayah Long Umung, dimana Faskes paling dekat berada..
‘’Saya merasa sangat bersalah terhadap kakak saya, dan bahkan sampai hari ini saya belum menerima kepergiannya. Saya menyalahkan diri saya sendiri,’’ kata dia.
Air mata yang terus mengalir, kata Rian, tak mampu menebus rasa bersalahnya.
Juehari Ruyen Tiki, merupakan sosok ayah yang sangat bertanggung jawab dan tegar.
Istrinya meninggal sejak 3 tahun lalu, sehingga, ia menjadi ayah sekaligus ibu bagi 3 anaknya, yang masih kecil kecil.
Anak tertua Juehari, baru duduk di kelas 6 SD. Anak keduanya kelas 2 SD, dan anak ketiganya bahkan belum masuk usia sekolah.
‘’Untuk menebus rasa bersalah saya, biaya anak anak kakak akan saya tanggung sampai besar,’’ tegasnya.
Sosok Juehari, akan terus dikenang sebagai salah satu tokoh masyarakat yang memiliki semangat tinggi untuk perubahan desanya.
Juehari tetap memaksa berangkat survey meski dirinya tak sehat. Medan berat yang ditempuh, menguras kekuatan fisiknya.
Namun meski berjalan kaki dua hari dua malam dalam kondisi lemah, ia tetap minta ditandu dan meminta rekannya melanjutkan survey.
‘’Semua demi sebuah jalan yang layak untuk Wa’Yagung. Semoga kisah ini membuka mata para pemangku kebijakan, bahwa negeri ini masih memiliki banyak PR yang harus segera ditangani,’’ kata Rian Antoni.