oleh

Sebuah Perahu Warna Warni Ditampilkan Dalam Defile Kafilah MTQ XX di Sembakung, Ini Makna Filosofinya

NUNUKAN, infoSTI – Kehadiran kafilah dengan sebuah perahu tradisional warna warni di pembukaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten Nunukan ke XX, di Kecamatan Sembakung, Sabtu (19/4/2025) malam, menjadi pembeda dari acara MTQ yang sudah sudah.

Perahu tersebut, terlihat mencolok dengan warna merah, hijau, kuning, biru, putih dan dinaiki kafilah berbaju hitam.

Merujuk hasil wawancara Pemkab Nunukan dengan para ketua adat dan masyarakat yang dituakan di Sembakung, perahu adalah symbol yang sarat budaya kearifan lokal.

Perahu dikenal sebagai alat nenek moyang, juga sarana untuk mencari penghidupan.

Perahu juga dapat diartikan sebagai perjalanan, nahkoda kehidupan, kebebasan, kekokohan, keberanian, kebersamaan dan harapan.

Adapun warna merah, melambangkan gairah dan energi.

Warna Kuning melambangkan kebahagiaan dan optimisme. Warna Hijau melambangkan harmoni dan kesehatan.

Biru, melambangkan kepercayaan dan kesetiaan. Putih melambangkan kemurnian dan kepolosan.

Sedangkan warna Hitam, melambangkan otoritas dan membuat orang merasa terlindungi.

Dari uraian makna tersebut, perahu pengarak diyakini sebagai simbol ketahanan dan keuletan masyarakat Sembakung dalam menjalani bahtera hidup.

Masyarakat Sembakung tak sekedar berfikir berjuang, namun juga memahami arti pengorbanan untuk melahirkan suatu harapan yang nantinya akan terwujud dengan kebersamaan.

Bupati Nunukan, Irwan Sabri menabuh bedug sebagai penanda dibukanya MTQ XX tingkat Kabupaten Nunukan di Kecamatan Sembakung, Sabtu (19/4/2025).

Acara Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) XX tingkat Kabupaten, di Kecamatan Sembakung, dibuka oleh Bupati Nunukan, Irwan Sabri, Sabtu (19/4/2025) malam.

Pembukaan MTQ, dimeriahkan dengan tarian kolosal Japin, yang dibawakan lebih 300 penari dari sejumlah sekolah di Sembakung.

Mengusung tema ” Dengan semangat MTQ XX Tingkat Kabupaten Nunukan Kita Tingkatkan SDM Yang Cerdas, Sehat, Berkarakter untuk menciptakan Tata Kehidupan yang harmonis Dengan Menjaga Budaya dan Kearifan Lokal’’, Irwan Sabri berharap MTQ tidak hanya dimaknai sebagai seremonial semata.

Melainkan harus dipahami sebagai upaya membangun kesadaran untuk kepentingan pribadi, keluarga dan masyarakat dalam menjadikan Al Qur’an sebagai inspirasi dalam membangun nilai-nilai kerukunan umat beragama.

“Melalui MTQ XX ini juga saya berharap dapat menumbuhkan spirit dan energi baru bagi seluruh lapisan masyarakat untuk bisa mengamalkan pemahaman Al Qur’an dalam keseharian,” ujarnya.

Pembukaan MTQ XX berlangsung meriah dan sarat nuansa budaya lokal.

Para kafilah dari berbagai kecamatan tampil dalam defile dengan mengenakan pakaian adat kebanggaan masing-masing.

Ada yang mengenakan Batik Lulantatibu (Lundayeh, Tagalan, Tahol, Tidung dan Bulungan), Baju Adat Dayak, Busana Suku Tidung, hingga pakaian khas Bugis.

Busana/outfit yang dikenakan peserta, menggambarkan semangat kebersamaan dan harmoni dalam keberagaman yang menjadi kekuatan masyarakat Nunukan.

‘’Saya berharap MTQ XX tingkat kabupaten tahun ini, tak hanya menjadi ajang kompetisi baca tulis Al-Qur’an. Tapi juga wahana mempererat silaturahmi dan mengangkat identitas budaya lokal,’’ kata Irwan Sabri.

Jangan Lewatkan: