oleh

Cerita Muhammad Marwan, Pemuda Nunukan yang Jadi Vendor MBG : Mimpi yang Tercapai

NUNUKAN, infoSTI – Muhammad Marwan (28), ditunjuk sebagai Satuan Pelayanan Penyedia Gizi (SPPG)/vendor Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pertama di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang merupakan wilayah perbatasan RI – Malaysia.

Pemuda yang gemar berkebun ini, tidak pernah menyangka, ia bisa terpilih menjadi rekanan di Program Nasional, gagasan Presiden Prabowo Subianto ini.

‘’Pertama terkejut, takut penipuan, bahkan sampai SPPI (Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia), Mas Aji datang ke gedung yang saya ajukan menjadi dapur, saya sempat mengira dia calo,’’ ujar Marwan, ditemui, Senin (20/1/2025).

Awalnya, tutur Marwan, ia mencoba browsing dan mencari informasi tentang petani milenial.

Tak sengaja, ada informasi pendaftaran SPPG yang lewat di beranda komputernya.

Tertarik dengan informasi tersebut, Marwan membaca banyak berita sebagai referensi, kemudian mendaftar sebagai mitra Badan Gizi Nasional (BGN).

‘’Saat itu tiba tiba tiga hari kemudian ada undangan zoom meeting dari BGN. Mereka minta diperlihatkan gedung untuk dapur umum, dan meminta saya melengkapi berkas, termasuk mencari yayasan pendidikan sebagai salah satu sarat sebagai mitra BGN,’’ tuturnya.

Keluarga Marwan, memang membuka usaha catering.

Mereka seringkali mendapat pesanan untuk menyediakan makanan peserta MTQ di Nunukan.

Dan kebetulan juga, besan ayahnya, memiliki yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, yaitu Yayasan Abi Al Ummi.

‘’Begitu semua sudah siap, BGN meminta saya mulai memasak dan mendistribusikan MBG pada 6 Januari 2025. Saya katakan siap, dan Bismillah, kami jalan,’’ kata dia.

Tak lulus Polisi

Minat Marwan terhadap tanaman, memang cukup tinggi. Dan diakui oleh ayahnya, Bahtiar.

Sebagai anak lelaki satu satunya, Marwan diharapkan meneruskan usaha ayahnya sebagai petani.

Ayahnya memiliki perkebunan yang luas, dan terus berusaha agar Marwan mencintai berkebun dan gemar bercocok tanam.

Marwan juga menanam kelapa sawit diatas lahan 5 Ha saat SMA. Dan saat ia lulus kuliah, pohon sawitnya telah berbuah dan bisa dipanen.

Bahtiar, menegaskan ia tidak pernah rela anaknya meninggalkan didikannya sebagai petani.

Bahkan saat Marwan mendaftar polisi, Bahtiar justru berdo’a agar anaknya tidak lulus.

‘’Saat daftar polisi, saya berdo’a agar dia tidak lulus. Saya tidak peduli pokoknya. Cuma dia anak saya laki laki satu satunya, dan saya mau dia bantu urus kebun,’’ kata Bahtiar.

Jika sampai Marwan lulus tes Polisi, Bahtiar berniat menjual kebun kebunnya, karena merasa tidak ada yang membantunya mengurus kebun.

‘’Dan sekarang jadi vendor BGN, saya senang. Karena MBG itu akan membutuhkan hasil pertanian, peternakan dan memberi makan anak anak sekolah yang merupakan generasi penerus. Saya mendukung kalau MBG,’’ kata Bahtiar.

Gagal nyaleg tapi meraih mimpi

Keinginan bisa bermanfaat bagi orang banyak, bahkan membuat Marwan menjadi Calon Legislatif pada 2024 lalu.

‘’Saya selalu bermimpi bisa memiliki pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja. Saya fikir kalau menjadi wakil rakyat bisa memenuhi keinginan itu. Tapi sekarang, jadi SPPG di MBG ini juga bisa dikatakan memenuhi mimpi saya,’’ katanya lagi.

Muhammad Marwan, merupakan lulusan Universitas Tekhnologi Sumbawa.

Ia mengambil fakultas managemen, dan terus memelihara mimpi bisa membuka pekerjaan bagi warga Nunukan.

‘’Begitu saya jadi vendor BGN, ada 42 orang yang bekerja. Ada tukang masak, bagian distribusi, belanja bahan makanan, sampai yang cuci perabotan,’’ tutur Marwan.

Muhammad Marwan, ditunjuk sebagai vendor BGN menjadi perwujudan mimpinya yang selalu ingin mensejahterakan petani,

MBG Mansapa, sebagai dapur umum untuk wilayah Nunukan Selatan, selalu membeli sayuran langsung dari kebun kebun petani.

Ada sawi, kacang panjang, terong, tomat dan semangka. Ayam ayam yang dipesan juga diambil langsung di peternakan local, yang semuanya fresh.

‘’Alhamdulillah sekali, kalau tadinya para petani bingung menjual kemana hasil panennya, ke Sebatik, ke Sei Ular, sekarang mereka tidak lagi pusing. Dapur kami membeli hasil panen mereka,’’ lanjut Marwan.

Sejauh ini, memasuki minggu ketiga MBG di Nunukan Selatan, Marwan belum pernah menyediakan menu telur, karena banyak anak yang alergi makan telur.

Masakan yang dibagikan, baru menu ayam dan ikan.

‘’Tapi kami sudah berkoordinasi dengan para peternak ayam petelur. Jadi sewaktu waktu kami pesan, mereka siap saja. Saya tidak pernah menyangka menjadi vendor MBG bisa mempekerjakan orang, dan mensejahterakan petani,’’ kata dia.

Dengan MBG, Marwan yakin minat petani akan meningkat. Apalagi mereka tidak perlu bingung lagi kemana harus menjual hasil panennya.

Saat ini, SPPG Marwan melayani 16 sekolah di Nunukan Selatan, dengan sasaran sebanyak 3.283 anak sekolah, mulai PAUD, hingga SMA.

Ada 3 unit mobil yang melakukan pengantaran, dan dalam sehari, BBM yang dihabiskan sekitar 60 liter.

Marwan masih berusaha melengkapi sarat MBG, yang mengharuskan SPPG menggunakan omprengan stainless steel.

Ia yang saat kuliah di Sumbawa memiliki teman dari Jabodetabek, mencoba meminta bantuan untuk mencarikan toko omprengan.

‘’Akhirnya omprengan didapat di Bogor. Satu wadah harganya Rp 75.000, dan kami baru memesan 1200 wadah dulu. Ongkos kirim ke Nunukan Rp 45 juta, karena menggunakan pesawat,’’ tuturnya.

Untuk omprengan stainless, SPPG akan segera meminta Kepsek penerima MBG untuk menandatangani perjanjian demi memastikan omprengan kembali sesuai jumlah yang dibagikan.

‘’Kita masih memesan 2500 omprengan lagi. Semoga MBG bisa mencapai tujuannya dan membawa manfaat dalam perputaran ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,’’ kata Marwan.