NUNUKAN, infoSTI – Seorang pekerja rumput laut di Kampung Mamolok, Nunukan, Kalimantan Utara, nyaris diseret masuk laut oleh seekor buaya yang tiba tiba muncul dari dalam air, Rabu (3/9/2025).
Warga Mamolok, Kamaruddin menuturkan, korban mendapat serangan buaya saat turun ke laut untuk mencuci tali pengikat bibit rumput laut.
“Beruntung air surut, jadi tidak terlalu parah lukanya, hanya bagian kaki yang terluka. Dia sempat diputar, diguling dan akhirnya diselamatkan warga lainnya,” tutur Kamarudin, dihubungi Kamis (4/9/2025).
Korban akhirnya dibawa ke pinggir laut dan dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sebagai salah satu tokoh masyarakat Mamolok, Kama menyesalkan peristiwa serangan buaya yang sering terjadi.
Di Kampung Rumput Laut Mamolok, habitat buaya menjadi ancaman para pembudi daya.
Kasus serangan buaya, bahkan sempat menewaskan bocah SD pada 2021 lalu.
Kondisi ini menjadi keprihatinan, mengingat harga rumput laut yang tak kunjung naik.
Saat ini, harga rumput laut berkisar Rp 12.000/Kg dari harga tertinggi diatas Rp 15.000/Kg.
“Sudahlah harga rumput laut murah, kita masih harus dihadapkan pada maut setiap hari. Warga kami baru berani mencuci tali rumput laut ketika air surut. Itupun masih diserang buaya,” sesalnya.
Kama meminta kasus ini menjadi perhatian khusus.
Semakin bertambahnya jumlah predator air ganas bahkan bisa disaksikan langsung dengan banyaknya telur buaya di bawah lantai jemur rumput laut.
“Dulu sempat ada peninjauan dan rencana penangkaran buaya. Tapi setelah ditinjau dan dilihat, hilang begitu saja itu semua. Tolonglah bagaimana solusi banyaknya buaya di Mamolok,” kata Kama.
Anggota DPRD Nunukan, Mansur Rincing, meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melihat kasus serangan buaya di Kampung Rumput Laut, Mamolok, Nunukan Selatan, secara menyeluruh.
Kasus serangan buaya bukan pertama terjadi, sehingga perlu difikirkan solusi konkret kedepannya.
“BKSDA turunlah ke Nunukan, lihat langsung bagaimana banyaknya buaya disana. Masyarakat kita harus menyabung nyawa demi menyambung hidup dari bekerja rumput laut. Kasihan mereka,” katanya prihatin.
Masyarakat dihadapkan pada dilema terhadap kebijakan satwa dilindungi, dimana membunuhnya memiliki konsekuensi hukum.
“Tapi ketika satwa dilindungi itu menyerang manusia, apa nyawa orang tak dilindungi juga. Memang ini butuh pemikiran serius, butuh duduk bersama untuk mengurai masalah banyaknya habitat buaya yang mengancam kehidupan masyarakat kita,” kata dia.