oleh

Batik Khas Nunukan ‘LULANTATIBU’, Dipamerkan Dalam Sabah International Food Expo di Malaysia

NUNUKAN, infoSTI – Sejumlah pelaku UMKM Nunukan, Kalimantan Utara, turut andil dalam kegiatan Sabah International Food Expo (SIFEX) 2025, yang digelar di Sabah International Convention Center, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Senin (28/4/2025).

Selain menampilkan berbagai produk makanan ringan unggulan Nunukan, Batik Khas Nunukan ‘LULANTATIBU’, turut dipamerkan.

Plt. Kepala Bidang Pemasaran dan Kemitraan Ekonomi Kreatif, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Nunukan, Sahar, mengatakan, partisipasi UMKM Nunukan dalam SIFEX 2025 menjadi momentum penting untuk memperluas jangkauan pasar produk lokal serta memperkuat eksistensi UMKM Ekraf Indonesia di kancah internasional.

‘’Kegiatan ini juga menjadi sarana promosi budaya serta peningkatan daya saing produk kreatif dari wilayah perbatasan seperti Kabupaten Nunukan,’’ ujar Sahar melalui pesan tertulis.

Untuk diketahui, Batik ‘LULANTATIBU’, merupakan perlambang persatuan Suku Dayak di Perbatasan RI – Malaysia, terdiri dari Suku Lundayeh, Tagalan, Taghol, Tidung dan Bulungan.

Masing masing kekhasan suku, dilambangkan dengan corak/motif dalam batik tersebut.

Dayak Lundayeh yang menempati wilayah bagian utara Kabupaten Nunukan memiliki corak khas gambar tempayan yang dalam bahasa setempat dinamai arit tabuk.

Filosofi dari arit tabuk adalah melindungi. Tempayan sendiri dalam kehidupan suku Dayak Lundayeh selain digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan harta benda, juga merupakan alat untuk menyimpan jasad manusia.

Sehingga tidak heran jika dalam berbagai kerajinan tangan suku Dayak Lundayeh akan terdapat goresan perpaduan garis lurus dan lengkung sebagai simbol arit tabuk.

Sementara dari Suku Dayak Taghol yang mendiami wilayah Kecamatan Lumbis, corak yang digambarkan dengan perpaduan 4 garis membentuk tameng sangat dominan.

Tameng bagi Suku Dayak Taghol memiliki arti perlindungan. Simbol tameng bagi suku Dayak Taghol juga berarti ketahanan.

Meski semua Suku Dayak di Kabupaten Nunukan memiliki goresan tameng, namun tameng suku Dayak Taghol memiliki corak yang sangat kuat.

Sementara dari Suku Dayak Tagalan, diambil goresan perpaduan 4 buah lengkung yang disebut pinduku.

Arti kata pinduku dalam bahasa Suku Dayak Tagalan merupakan persatuan.

Corak pinduku selain terdiri dari 4 garis lengkung juga terdapat lingkaran di sekeliling garis lengkung serta aksen titik-titik kecil.

Dari Suku Dayak Tidung Bulungan, corak yang diambil sebagai motif batik lulantatibu, berupa goresan bunga raya.

Bunga raya mengandung filosofi kemakmuran. Bunga raya dalam keseharian Suku Dayak Tidung Bulungan juga difungsikan sebagai obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit.

‘’Keunikan motif dan makna filosofis dari batik tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung pameran,’’ imbuh Sahar.

Batik Lulantatibu sendiri saat ini telah dipatenkan dan resmi menerima HAKI pada bulan Mei 2017.

Selain UMKM Nunukan, Kalimantan Utara, SIFEX 2025 juga dikuti oleh pelaku UMKM dari Manado, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.