NUNUKAN, infoSTI – Hujan deras yang mengguyur Nunukan, Kalimantan Utara, dalam beberapa hari belakangan, mengakibatkan bukit pasir terus terkikis dan longsor.
Material pasir, di tanah kosong berbukit yang merupakan lahan milik Gereja Santo Gabriel, terbawa arus hingga menutup jalan raya menuju SMAN 1 Nunukan, di Jalan Fatahilah, Nunukan Tengah.
Material pasir, menjadi pelapis jalan aspal dengan tebal sekitar 50 cm, dan mengakibatkan jalur anak anak SMA, dialihkan sementara.
‘’Hampir setiap turun hujan, jalan depan sekolah kami tertutup pasir. Motor susah lewat. Tadi pagi kami semua diarahkan lewat jalan belakang sekolah yang kondisinya tidak bagus, tapi tidak licin seperti lewat tumpukan pasir di jalan utama,’’ kata salah satu siswi SMAN 1 Nunukan, Mukarochmah Reyna Puspita, saat ditemui, Rabu (16/4/2025).
Reyna mengaku banyak teman temannya yang terpeleset di jalanan yang tertutup pasir.
Material pasir yang melapisi aspal tersebut bercampur lumpur, sehingga berbahaya bagi pengguna jalan.
‘’Kami kesulitan ke sekolah. Ini selalu terjadi setiap hujan turun. Tapi untuk yang tebalnya sampai begini (50 cm), baru kali ini,’’ kata Reyna.
Mendatangkan cuan bagi masyarakat
Longsoran material pasir dari bukit yang kini menjadi hamparan kosong milik Gereja Santo Gabriel, seakan makin tidak terkendali.
Pasir menutup jalur air, sehingga meluap ke jalan, dan tercipta jalanan yang berlapis pasir tebal dengan panjang belasan meter.
Di lokasi kejadian, tidak sedikit warga mengeruk tumpukan pasir ke dalam gerobak dorong untuk dikumpulkan di pinggir jalan.
Musibah tersebut, ternyata menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitar.
‘’Untuk dijual jadi uruk bang. Lumayan kami jual satu truk, seharga Rp 100.000,’’ tutur salah satu warga pengeruk pasir, Nurdin.
Nurdin mengatakan, pada dasarnya, material pasir yang menumpuk dan menimbun aspal, berkualitas bagus dan sangat layak untuk bahan bangunan.
Sayangnya, pasir longsoran telah bercampur lumpur, sehingga hanya bisa difungsikan sebagai tanah uruk.
‘’Ada puluhan yang mengeruk pasir setiap selesai hujan. Kami keruk dan kumpulkan untuk dijual. Jadi selain membantu membersihkan jalan, kami juga bisa dapat sampingan uang,’’ katanya lagi.
Sampai hari ini, Nurdin mengaku sudah mendapat Rp 1 juta dari hasil penjualan pasir yang ia kumpulkan.
‘’Mungkin sudah ada kali kudapat sejuta,’’ kata Nurdin.
Respon cepat Bupati Nunukan
Mendengar kondisi tersebut, Bupati Nunukan, Irwan Sabri, langsung turun ke lapangan, melihat tumpukan pasir yang melapisi jalan raya, sekaligus mendaki bukit di samping Gereja Santo Gabriel untuk melihat sumber longsor.
Meski terlihat barisan beronjong yang menjadi upaya pihak gereja menahan longsoran, tercipta jalan air lain yang tetap saja membawa longsoran pasir jauh ke jalan raya.
Irwan Sabri memanggil sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), antara lain, Dinas PUPR, BPBD, Dinas Pemadam Kebakaran, juga Dinas Lingkungan Hidup.
Ia meminta agar Dinas PUPR Nunukan segera membersihkan pasir tersebut menggunakan eskavator.
‘’Tolong segera keruk pasirnya, taruh di pinggir jalan. Jangan melarang warga mengambil pasir itu. Biarkan mereka jual, tidak masalah dari pada menjadi material yang menumpuk di jalan dan tidak dimanfaatkan,’’ kata dia.
Irwan juga menginstruksikan agar ada pembersihan saluran air/gorong gorong untuk meminimalisir luapan pasir ke jalan raya.
‘’Solusi cepatnya pembersihan material pasir di jalan dan membersihkan saluran airnya. Eskavator sudah siap. Kalau untuk jangka panjang, perlu adanya beronjong, menahan longsoran pasir dari bukit yang tak jauh dari SMA,’’ kata Irwan.