oleh

Soal Demo Mahasiswa Untuk Perbaikan Mutu Pendidikan, Ini Tanggapan Direktur Poltek Nunukan

NUNUKAN, infoSTI – Direktur Politeknik Negeri Nunukan, Kalimantan Utara, Arkas Viddy, menjanjikan perubahan signifikan bagi Kampus negeri satu satunya di Nunukan.

Hal tersebut, merespon demo mahasiswa yang menuntut evaluasi pembelajaran dan perbaikan kualitas belajar mengajar di kampus yang ada di perbatasan RI – Malaysia ini.

‘’Fasilitas alat (penunjang pendidikan) sudah datang. Kita sudah usulkan pembangunan laboratorium terpadu. Harusnya sudah dibangun sekarang, tapi ada masalah efisiensi dan kita disuruh menunggu arahan selanjutnya,’’ ujar Arkas, menjawab pertanyaan wartawan.

Nantinya, kata Arkas, gedung laborotorium akan dibangun menganut system modern, dengan tiga lantai.

Anggaran berasal dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan akan menjadi salah satu perbaikan kualitas mutu pendidikan di jenjang universitas Nunukan.

Arkas juga mengakui, pihak kampus memiliki sebuah kendala dalam merekrut dosen.

Ia tidak membantah adanya sejumlah dosen di Poltek Nunukan yang mengajar diluar disiplin ilmu yang dimilikinya/tidak linier. Hal tersebut, diakui sebuah kelalaian kampus.

‘’Kita miss dalam perekrutan. Kita hanya mensyaratkan perencanaan wilayah. Ternyata itu ada dua, sosial dan tekhnik. Kebetulan yang lulus sosial, sementara kita butuh tekhnik,’’ jelasnya.

‘’Kita berfikir dalam sebuah wilayah akan ada perubahan sosial yang terjadi. Mau tidak mau, kita terima mereka. Kalau tidak, kita kena hukum yang lain, seperti diskriminasi dan lainnya,’’ tambahnya.

Sebenarnya, Poltek Nunukan juga telah membuka pendaftaran dosen untuk sejumlah formasi. Seperti ahli mekatronik, juga dosen IT.

Sayangnya, Nunukan jarang diminati, sehingga formasi tersebut, masih sepi peminat.

‘’Banyak yang beranggapan di kota lebih baik, ketimbang di wilayah perbatasan. Jadi formasinya selalu kosong. Memang benar kami kesulitan mendatangkan SDM,’’ sesalnya.

Sebenarnya, jika menganut jumlah ideal dosen, Poltek sudah lebih dari cukup.

Saat ini ada 30 dosen, dari 4 prodi yang tersedia. Hanya saja, memang benar, beberapa dosen, tidak linier, sehingga menjadi salah satu PR untuk evaluasi ke depannya.

‘’Kami juga sudah usulkan pendidikan Poltek Nunukan sampai D4,’’ kata Arkas.

Ia menegaskan, Poltek Negeri Nunukan, merupakan kampus milik masyarakat Nunukan, dan semua bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan pendidikan di Nunukan.

Gelombang protes dari unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, alumni juga masyarakat, merupakan sebuah trigger untuk berbuat lebih baik lagi dalam pengelolaan kampus dan peningkatan mutu pendidikan.

‘’Kami tidak anti kritik, seruan dan protes dalam demo menjadi sebuah teguran untuk kami agar dengan sekuat tenaga berbuat lebih baik. Selama ini mungkin komunikasi tersumbat, tapi kami akan terus berusaha maksimal memajukan Poltek Nunukan,’’ tegasnya.

Masih kata Arkas, Poltek Nunukan sedang berjuang untuk luput dari kebijakan efisiensi, menimbang wilayah perbatasan dan kondisi kampus yang masih tahap berkembang.

Isu tentang UKT naik menjadi salah satu sorotan dalam gelombang demo mahasiswa sepekan terakhir. Yakni tentang mahalnya pendidikan di tengah aksi Indonesia Gelap.

Pasalnya, bagi mahasiswa dan orang tua harus berakrobat menanggung biaya pendidikan yang kian tinggi.

Di tahun 2025 ini, ribut kenaikan UKT didasari oleh adanya efisiensi anggaran yang diberlakukan Kemendiktisaintek.

Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa berpotensi mengalami kenaikan akibat pemangkasan anggaran oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

Pemangkasan tersebut terutama berdampak pada anggaran riset yang hampir setengahnya terpotong.

Hal ini akan mempengaruhi kemampuan kampus untuk menutupi biaya operasional, termasuk biaya pendidikan bagi mahasiswa.

‘’Jadi kami berusaha mengusulkan ke Kementrian agar masalah penghematan biar kami lakukan sendiri sesuai kemampuan. Kami berusaha agar mahasiswa tidak terdampak,’’ kata dia.

Sebelumnya, mahasiswa di Nunukan, Kalimantan Utara, menggelar aksi demonstrasi di Gedung DPRD Nunukan, Kamis (20/2/2025).

Mengatas namakan Aliansi Peduli Nunukan, para mahasiswa perbatasan RI – Malaysia ini menuntut perbaikan kualitas pendidikan dan mutu kampus.

Masalah beasiswa, kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa, sampai minimnya publikasi kampus ke sekolah menengah atas mengakibatkan kampus sepi peminat juga menjadi materi demo.

Keadaan tersebut, terjadi bertahun tahun, dan tidak terlihat adanya perubahan atau niat kampus untuk berbenah.

Belum lagi, kualitas pendidikan di Politekhnik Nunukan, perlu evaluasi.

Bagaimana mungkin dosen dosen yang mengajar, dipaksakan memberikan materi ajar yang tidak linier dengan disiplin ilmunya, sehingga mahasiswa sendiri linglung dengan apa yang dijelaskan dosen di depan kelas.

Selain itu, nihilnya perhatian Pemda terhadap anak anak lulusan universitas lokal turut disorot.

Padahal, ada puluhan perusahaan perkebunan dan pertambangan di Kabupaten Nunukan, yang seharusnya membuka jalan bagi perekrutan lulusan kampus Nunukan.