oleh

Kondisi Krayan Pasca Banjir, Antrean Warga di APMS Mengular, Berharap Mendapat Jatah 3 Liter Perorang

NUNUKAN, infoSTI – Antrean panjang terjadi di salah satu Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) di Kecamatan Krayan Selatan, Nunukan, Kalimantan Utara.

Pemandangan yang terjadi pasca banjir ini, kembali menjadi atensi bagi Pemerintah Daerah agar lebih memperhatikan daerah yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini.

‘’Selain jembatan banyak yang rusak akibat banjir, warga kami juga hanya bisa mendapat jatah tiga liter BBM perorang. Mohon ini menjadi perhatian pemerintah,’’ ujar Camat Krayan Selatan, Oktafianus Ramli, dihubungi, Sabtu (25/1/2025).

Banjir di Krayan Selatan, menimbulkan dampak kerugian tidak sedikit.

Banyak infratruktur yang rusak, salah satunya hanyutnya Jembatan Bude.

Okta menjelaskan, kondisi terkini pasca banjir di Krayan Selatan, bertumpu pada Jembatan Sungai Bude, yang menjadi satu-satunya akses untuk menuju APMS.

Satu-satunya jalur penghubung tujuh desa di hilir Ibu Kota Kecamatan Krayan Selatan ke arah Krayan Tengah.

Serta akses satu satunya, menuju SMAN 1 Krayan Selatan.

‘’Jembatan Sungai Bude, hanyut oleh banjir pada Minggu (12/1/2025). Tersisa balok kayu untuk melintas, dan akhirnya, masyarakat swadaya membangun jembatan kayu dan bambu, tapi karena banjir terus, jembatan juga sering terendam,’’ kata dia.

Karena seadanya, jembatan Sungai Bude hanya bisa untuk menyeberang para pejalan kaki saja.

Bahkan BBM jatah APMS di Krayan Selatan, juga dilansir melalui jembatan tersebut.

Okta melanjutkan, minggu ini, stok BBM yang masuk ke APMS Krayan Selatan, hanya sekitar 1 ton.

Alhasil, masyarakat Krayan, dibatasi untuk pembelian 3 liter saja perorang.

‘’Meski satu harga, tapi karena dilansir melalui jembatan darurat, pastinya ada dana tambahan. Dan terjadi antrean demi mendapat 3 liter BBM,’’ kata Okta lagi.

Untuk diketahui, hujan deras mengguyur dataran tinggi Krayan sejak awal 2025.

Banjir menggenangi persawahan dan kebun-kebun yang ada di sepanjang bantaran Sungai Bude, memutuskan jalur transportasi antar desa, hingga menghanyutkan jembatan.

Sejauh ini, belum ada data pasti akumulasi kerugian pasca banjir.

‘’Penghimpunan data masih berjalan,’’ kata Okta.