NUNUKAN, infoSTI – Naiknya kurs Ringgit Malaysia, memiliki pengaruh signifikan dalam kenaikan harga bahan pokok/Sembako di perbatasan RI – Malaysia, di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.
Untuk diketahui, sekitar 90 persen bahan pokok di Pulau Sebatik, berasal dari Malaysia, sehingga masyarakat, memiliki ketergantungan dengan ketersediaan barang negeri Jiran.
‘’Ringgit Malaysia naik perlahan sejak September 2024. Dari Rp 3200 per RM 1, naik menjadi Rp 3400, dan sekarang di angka Rp 3.640,’’ ujar pengurus Pedagang Lintas Batas Sebatik, Muhammad Jafar, dihubungi Selasa (22/10/2024).
Kenaikan harga Sembako, tentu saja menjadi keluhan masyarakat. Kendati demikian, geografis Sebatik yang berbatasan langsung dengan Malaysia, tak menjadikan keluhan tersebut sebuah permasalahan serius.
Kondisi naik turun Ringgit sudah biasa di kalangan masyarakat perbatasan. Mereka juga memilih liburan ke Malaysia ketimbang ke destinasi wilayah lain di Nusantara.
Pertimbangannya, selain lebih murah, jarak juga menjadi ukuran.
Untuk menuju Malaysia dari Pulau Sebatik, hanya ditempuh kurang dari 20 menit, dan ongkos sekitar Rp 300.000.
Kondisi inilah yang membuat banyak masyarakat di perbatasan, menyimpan uang Ringgit.
Sementara ke luar Kabupaten, ke Kota Tarakan misalnya, harus ditempuh sekitar 3 jam.
‘’Dan banyak juga masyarakat yang memilih belanja pakai Ringgit. Kalau Ringgit, harga Sembako tidak naik. Beda kalau pakai Rupiah,’’ jelas Jafar.
Saat ini, harga gula pasir dibanderol Rp 15.000, naik Rp 1000 dari sebelumnya yang dihargai Rp 14.000.
Minyak goreng dari harga Rp 15.000 menjadi Rp 17.000. Tepung Terigu naik Rp 1000 hingga Rp 2000.
Tepung merk Murai made in Malaysia, misalnya, saat ini dijual Rp 13.000, dari sebelumnya Rp 11.000.
Tepung asal Malaysia lain dengan merk Rama Rama, dibanderol Rp 14.000 dari sebelumnya dijual seharga Rp 12.000.
‘’Ya karena pertimbangan kenaikan harga juga, makanya warga Sebatik banyak juga yang belanja pakai Ringgit,’’ kata Jafar lagi.
Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Nunukan, Irsan Humokor, mengakui kenaikan Ringgit dalam beberapa minggu terakhir memiliki pengaruh cukup besar bagi masyarakat.
Kendati demikian, kenaikan kurs Ringgit, bukan hal baru bagi warga Kabupaten Nunukan.
‘’Inilah kondisi perbatasan negara kita. Kita berharap nilai rupiah menguat, sehingga keluhan kenaikan harga Ringgit yang berimbas pada naiknya harga Sembako asal Malaysia, segera teratasi,’’ kata Irsan.
Irsan juga berharap, kondisi perbatasan Negara menjadi konsen bagi para pengambil kebijakan di Pemerintahan Pusat.
‘’Daerah perbatasan negara, khususnya Kabupaten Nunukan, memiliki masalah komplek, dengan ketergantungan Sembako dan barang kebutuhan lain dari Malaysia,’’ kata dia.