NUNUKAN, infoSTI – Belasan anak anak TKI di Kampung Baru, Bergusung, Malaysia, menenteng sepatu mereka menuju Desa Sei Limau, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.
Seragam sekolah mereka terlihat basah oleh keringat bercampur embun pagi, karena sudah berangkat sejak subuh, demi menuju sekolah.
Kaki kaki telanjang mereka sudah terbiasa menginjak bebatuan di bagian lereng bukit.
Langkah mereka juga terkesan ringan meski telah melewati jalanan dengan kondisi sulit saat penghujan.
‘’Mereka sangat sayang sama sepatunya, makanya sepatu itu ditenteng atau diselempangkan di leher takut rusak. Memang medan yang mereka tempuh ekstrem, apalagi musim hujan,’’ ujar Kapolres
Nunukan, AKBP Bonifasius Rumbewas, ditemui Rabu (25/9/2024).
Kapolres Asal Papua ini, baru pulang dari Pulau Sebatik. Ia melihat langsung mirisnya kondisi anak anak TKI yang tinggal di Kampung Baru, Bergusung Malaysia, saat melakukan kegiatan pengawasan Pilkada, dalam mengatasi tingkat Golput di batas Negara.
Ia menuturkan, para WNI di Bergusung, sudah bekerja sebagai buruh perkebunan cukup lama, bahkan ada yang puluhan tahun.
Namun, anak anak mereka masih banyak yang belum tercatat dalam akte lahir.
‘’Dan karena mereka adalah WNI, tentu Malaysia tidak bisa menerima anak anak tersebut mendaftar di sekolah mereka. Jalan satu satunya, bersekolah di negeri sendiri, meski harus melewati jalan sepanjang 15 Km berjalan kaki sejak jam 05.00 wita,’’ kata dia.
Belasan anak pelajar SD hingga SMA tersebut, bersekolah di beberapa sekolah yang ada di Pulau Sebatik.
Pihak sekolah yang faham betul bagaimana perjuangan mereka berangkat sekolah, tidak pernah mempermasalahkan keterlambatan mereka.
‘’Gambaran perbatasan Negara, masih menjadi PR kita semua. Saya sudah melihat langsung bagaimana perjuangan anak anak generasi kita di perbatasan. Saya juga sudah melaporkan keadaan mereka ke Kapolda Kaltara, semoga ada jalan untuk memudahkan akses pendidikan mereka,’’ kata Bonifasius.
Boni menyempatkan diri untuk mengantar langsung anak anak SD yang pulang sekolah ke patok perbatasan RI – Malaysia yang akan masuk Kampung Baru, Bergusung, Malaysia.
‘’Saya merasakan sendiri bagaimana jalan yang mereka lalui. Ada yang kanan kirinya jurang, ada tanjakan yang mobil saja kesulitan karena jalannya memang sulit diakses. Dan ini menjadi semangat kita untuk berbuat,’’ tuturnya.
Saat ini, Polres Nunukan sudah melakukan koordinasi dan komunikasi dengan sejumlah pihak untuk membangun sebuah rumah belajar di perbatasan, tak jauh dari keberadaan patok batas Negara.
Rumah yang rencananya segera dibangun tersebut, akan menjadi sebuah rumah singgah bagi anak anak TKI yang rela menempuh perjalanan panjang demi sekolah.
Di rumah tersebut, akan ada perpustakaan dan beberapa ruang kamar. Bisa juga menjadi destinasi wisata bagi turis.
‘’Selama ini, dalam sehari mereka menempuh 30 Km berjalan kaki demi bisa sekolah. Dengan kondisi ini, ada sejumlah anak TKI yang kita temukan memilih putus sekolah. Kita tidak mau hal ini terjadi pada yang lainnya, sehingga keberadaan rumah belajar, akan mengantisipasi masalah tersebut,’’ jelasnya.
Polisi akan menugaskan anggotanya untuk menempati rumah belajar tersebut.
Rencananya, akan ada bantuan alat transportasi untuk mengantar anak anak tersebut menuju sekolah.
‘’Meski kita tidak boleh masuk rumah mereka karena dibatasi patok batas Negara, setidaknya setelah anak anak kita melewati patok batas, dan masuk Indonesia, kita bisa sambut mereka. Kita antarkan mereka ke sekolah. Ini apresiasi semangat mereka, dan antisipasi tindak kejahatan yang memanfaatkan anak anak kita,’’ kata Boni.