NUNUKAN, infoSTI – Sebanyak 60.000 Kg rumput laut jenis eucheuma cottoni di Nunukan, Kalimantan Utara, diekspor ke Korea Selatan, melalui perusahaan swasta, PT Kebula Raya Bestari, Minggu (25/5/2025).
Salah satu komoditas unggulan di perbatasan RI – Malaysia ini, mengalami stagnasi harga sejak 2023.
Akibatnya, banyak petani Nunukan yang gantung tali, dan tidak sedikit mereka yang memilih pulang kampung, karena harga rendah yang tak sesuai dengan modal.
Langkah ekspor, diharap membangkitkan kembali ekonomi Nunukan.
‘’Kita kirimkan tiga kontainer tumput laut Nunukan atau 60.000 kg ke Korsel, dengan nilai invoice sekitar 62.400 US Dolar. Ke depan kita targetkan sebulan bisa 10 kontainer, bahkan 50 kontainer,’’ ujar Direktur PT Kebula, Sinta, saat dikonfirmasi.
Saat ini, PT Kebula menyerap 40 tenaga kerja di gudang rumput laut, yang ada di Nunukan Selatan.
Dengan ekspor yang didukung Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) dan PT Global Indonesia, PT Kebula yakin mampu terus meingkatkan target ekspor lebih banyak lagi ke depannya.
Tujuan ekspor juga tak hanya ke Korsel, tapi ke China, Pilipina dan Negara lain.
‘’Sasaran kami juga bisa menyerap tenaga kerja lokal lebih banyak, sehingga masyarakat sekitar menuai manfaat atas ekspor yang kita lakukan,’’ imbuhnya.
Untuk mendukung ekspor berkelanjutan dengan kuantitas dan kualitas mumpuni, PT Kebula Raya Bestari membuka lahan bibit rumput laut untuk pembudi daya.
Ditargetkan, para petani bisa memanen hingga 30 sampai 60 ton per hektar are lautnya.
PT Kebula juga membuat Suplemen Organik Cair (SOC) rumput laut yang digunakan untuk membantu pertumbuhan dan meningkatkan kualitas panen rumput laut.
‘’Kita lakukan hilirisasi rumput laut, dengan membuat penganan, seperti peyek rumput laut, kacang disko, dan berbagai minuman berbahan baku rumput laut, semoga itu semua akan menjadi oleh oleh khas Nunukan,’’ kata Sinta.
Ekspor rumput laut, kata Sinta, sudah barang pasti memperbaiki standar harga. Dimana saat ini, harga rumput laut masih dibeli dengan harga Rp 8000 sampai Rp 1000 per Kg.
‘’Kalau kita, harga lokal Rp 15.000 harga ekspor Rp 17.000. Sayangnya kita masih memiliki kendala tarif pengiriman yang mahal. Jadi coast besar habis di transportasi,’’ kata Sinta.

Wakil Bupati Nunukan, Hermanus mengapresiasi langkah ekspor yang dilakukan. Ekspor akan memunculkan harapan harga rumput laut yang tinggi dan mensejahterakan masyarakat.
‘’Meski ini bukan pertama kali ekspor dan skalanya belum besar, kami optimis, ekspor ini bisa membuka jalan pengusaha lain untuk ikut mencoba pengiriman ke luar negeri,’’ ujarnya saat dikonfirmasi.
Dengan ekspor, selain harga rumput laut memiliki jaminan standar yang lebih baik, Pemda Nunukan juga akan menerima pendapatan per kapita dalam bentuk pajak untuk membiayai pembangunan daerah.
Dengan demikian, tugas Pemda Nunukan, adalah memaksimalkan potensi rumput laut di Nunukan, dengan menjaga kualitas dan kuantitas rumput laut, agar semakin berkualitas dan semakin memenuhi standar ekspor.
Sehingga stagnasi harga yang sudah lama terjadi, bisa segera naik, dan semangat masyarakat menanam rumput laut kembali meninggi.
‘’Saya mendorong OPD (Organisasi Perangkat Daerah) juga pihak terkait untuk sinergy dan kolaborasi, sebagai jembatan agar produktifitas rula berjalan baik dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah,’’ katanya lagi.
Ekspor rumput laut di tengah keterpurukan harga dan seabrek persoalan rumput laut Nunukan, menjadi salah satu upaya yang meringankan masalah tersebut.
Sampai hari ini, Pemkab Nunukan masih memiliki masalah dengan zonasi penanaman rumput laut yang merupakan domain Pemerintah Provinsi.
Juga persoalan sampah laut hasil limbah rumput laut, yang belum teratasi.
‘’Dengan demikian, perlu segera dilakukan mitigasi agar tak terjadi dampak sosial, lingkungan, regulasi dan hukum ke depannya,’’ kata dia.
Di sisi lain, Nunukan memiliki potensi unik dibanding wilayah budi daya daerah lain.
Rumput laut Nunukan bisa tumbuh subur meski di perairan keruh, dan tidak mengenal musim. Faktor ini juga yang membuat Nunukan menjadi salah satu penghasil rumput laut terbesar di Indonesia.
‘’Nunukan menjadi salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia. Ini wajib kita syukuri dengan kerja kerja kerja, synergy synergy sinergy, kolaborasi, kolaborasi, kolaborasi, dari Pusat, Provinsi, Kabupaten, sampai Desa, sehingga apa yang jadi asta cita presiden, visi misi Gubernur, Bupati, bisa tercapai dengan baik,’’ kata Hermanus.