oleh

Mengenal Lio Bijumes, Anak Pedalaman Kaltara yang Berhasil Meraih Gelar Doktor Dengan Mengangkat Kearifan Lokal Adat Dayak Lundayeh

NUNUKAN, STI – Dr Lio Bijumes S.Sos MM cukup terkejut saat kepulangannya ke Kampung Halamannya di dataran tinggi Krayan, yang merupakan perbatasan RI – Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kaltara, disambut warga cukup meriah.

Bahkan telah terpasang spanduk selamat datang, dengan iringan prosesi sambutan adat yang menggantungkan harapan juga pujian atas raihan gelar doktoralnya di usia 29 tahun.

banner 336x280

‘’Memang warga Krayan, cukup memandang tinggi ilmu pengetahuan. Kita boleh tinggal di perbatasan Negara dengan segala sesuatu yang terbatas. Tapi dengan sekolah tinggi, kita akan menembus batas, dan mensejajarkan diri dengan para orang hebat di Indonesia,’’ ujar Lio Bijumes, dihubungi, Rabu (21/8/2024).

Untuk diketahui, Lio Bijumes, lahir di Ba’ Binuang, Kecamatan Krayan Tengah pada 1 Juni 1993.

Lio, merupakan anak etnies Lun Lengilo’ sub etnies Suku Dayak Lundayeh, di Krayan.

Lio menyelesaikan S1 Program Studi Administrasi Negara di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (AAN) Yogyakarta, serta S2 Magister Manajemen di Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) di Yogyakarta, dan telah menyelesaikan pendidikan doktor S3 bidang manajemen sumber daya manusia di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga.

Lio sebagai anak asli Suku Dayak Lundayeh, memiliki mimpi untuk membangun desanya agar mentas dari keterisoliran.

Sejak kecil, ia mengaku didoktrin kedua orang tuanya untuk mengenyam pendidikan tinggi jika ingin berperan dalam perubahan.

Sehingga dukungan semangat dan do’a orang tua, mengantarkan Lio Bijumes meraih gelar Doktor berpredikat cumluade dengan IPK 3,88.

Predikat tersebut, ia raih saat menyusun disertasi berjudul Internalisasi Nilai Kearifan Lokal Padan Liu’ Burung Pada Organisasi Publik Studi Pada Pemerintahan Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

‘’Materi kepemimpinan dalam tataran etnies, menjadi sebuah referensi sistem kepemimpinan yang perlu diteladani dan jadi panutan. Kepemimpinan yang terkandung dalam Padan Liu’ Burung, menjadi jawaban karakteristik pemimpin yang dibutuhkan saat ini,’’ujarnya lagi.

Lio menjabarkan, Padan Liu’ Burung merupakan budaya komunitas yang terkonsep dalam nilai hidup bersama masyarakat Dayak Lundayeh di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan. Bahkan dimanapun keberadaan manusia Lundayeh berada.
Kebudayaan Dayak Lundayeh yang ideal, sering dikaitkan dengan nilai-nilai kepemimpinan di masyarakat lokal, seperti tokoh atau pribadi baik (Lun Do’ Ngimet Bawang).

Dalam kaitan ini, sosok Padan Liu’ Burung dijadikan sebagai tokoh panutan dan kebanggaan manusia Dayak Lundayeh di Dataran Tinggi Borneo, Kalimantan Utara.

Masyarakat lokal mengakui bahwa sosok Padan Liu’ Burung, merupakan pemimpin tanpa cela.

Nilai kearifan lokal Padan Liu’ Burung, merupakan gambar diri sosok pahlawan yang gagah berani bagi suku Dayak Lundayeh.

Lio menjelaskan, ada tiga nilai yang terkandung pada Padan Liu’ Burung.

Yang pertama, Lun Do’ Niat’ artinya sangat terbuka kepada orang lain dan banyak memberi pandangan hidup, nasehat-nasehat dan saran-saran yang berguna bagi orang lain.

Kedua, Lun Do’ Mesangit artinya pribadi pemberani, kuat, lincah dan pantang menyerah.

Nilai yang Ketiga, Lun Do’ Ngimet Kuran artinya dapat mengemban tanggung jawab, amanah, menjunjung keharmonisan, serta bertanggung jawab dan dapat dipercaya dalam menjalankan kewajiban.

‘’Dalam etika Dayak Lundayeh, seorang pemimpin perlu memiliki filosofis tiga nilai yang terkandung pada Padan Liu’ Burung. Yaitu Lun Do’ Niat’, Lun Do’ Mesangit, dan Lun Do’ Ngimet Kuran. Terutama dalam membentuk jiwa kepemimpinan dengan nilai kearifan lokal,’’kata Lio.

Lio menegaskan, saat ini, kepemimpinan generasi muda sangat penting.

Sehingga perlu kesiapan untuk siap bertempur dan berpartisipasi dengan berbagai tantangan yang ada, khususnya dari negara-negara ASEAN dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Ditambah dengan kurun 2020-2030, Indonesia diprediksi mendapatkan bonus demografis.

‘’Karena itu, penguatan budaya lokal sebagai basis karakter muda harus dipertahankan, atau terus ditumbuhkan. Itu yang akan saya lakukan untuk membuat Krayan memiliki SDM unggul dan mampu bersaing dengan daerah maju lainnya,’’kata Lio.

Ia menambahkan, ada tantangan kepemimpinan yang harus dipastikan seluruh universitas, bahwa mahasiswa lulusan perguruan tinggi memang harus mencapai kualitas sebagai kaum intelektual yang memiliki karakter baik.

Serta memiliki kecakapan hardskill dan sofskills yang dapat membuat pemuda-pemudi Indonesia, khususnya pemuda di Dataran Tinggi Borneo, mampu menjadi SDM unggul di bidangnya masing-masing.

‘’Tidak hanya sekedar lulus tepat waktu. Tetapi dibutuhkan pribadi anak muda yang siap memimpin masyarakat. Memimpin suatu pekerjaan, dan mampu memanfaatkan sumber-sumber materiil secara maksimal. Serta berpegang pada nilai-nilai kearifan lokal yang positif,’’kata Lio.

Saat ini, Lio bekerja sebagai konsultan profesional manajemen SDM. Selain itu, ia juga aktif menulis dan telah menghasilkan 14 buku serta ratusan artikel di media daring dan online hingga tahun 2024.

Ia mengembangkan media sosial berflatform situs krayannews.com yang merupakan kanal berita dan informasi masyarakat Krayan.
Lio masih aktif menulis di beberapa media website lainnya seperti ytprayeh.com, ributrukun.net, nyusnews.com, pepnews.com, dan detikborneo.com, serta kompasiana.com.