NUNUKAN, infoSTI – Ratusan masyarakat di Perbatasan RI – Malaysia, di Nunukan, Kalimantan Utara, memenuhi dermaga pelabuhan Ferry, Sei Jepun, untuk menyeberang ke Pulau Sebatik, dan mengisi liburan Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M.
Sejak lebaran hari kedua, Rabu (2/4/2025), antrean masyarakat demi naik KM Manta, terlihat padat. Baik yang menggunakan sepeda motor, ataupun menggunakan mobil.
‘’Kita prediksi kenaikan penumpang antara 20 sampai 30 persen dari biasanya,’’ ujar Kepala Dinas Perhubungan Nunukan, Muhammad Amin, dihubungi, Kamis (3/4/2025).
Masyarakat Nunukan yang menyeberang ke Pulau Sebatik, kebanyakan bertujuan untuk berwisata ke Pantai Kayu Angin, Pantai Batu Lamampu.
Dinas Perhubungan Nunukan mencatat, pada keberangkatan Ferri hari Rabu (2/4/2025), ada sekitar 204 kendaraan roda dua dan 23 unit mobil yang masuk ke Pulau Sebatik untuk tujuan wisata.
Jumlah tersebut, belum dihitung dengan banyaknya warga Nunukan yang menyeberang menggunakan speed boat dan kapal dompeng/kapal kayu.
Ada empat kali penyeberangan dalam sehari yang dilayani Kapal Ferry KM Manta, rute Nunukan – Sebatik dan sebaliknya.
Dari dermaga Nunukan, KM Manta terjadwal berangkat pada pukul 07.00 wita, pukul 09.00 wita, pukul 11.00 wita, dan pukul 18.30 wita.
Sedangkan dari Dermaga Sebatik, KM Manta kembali ke Nunukan pada pukul 08.00 wita, pukul 10.00 wita, pukul 17.30 wita, dan pukul 19.30 wita.
Amin menegaskan, tidak ada kenaikan tariff penyeberangan untuk KM Manta.
Tarif rute Nunukan – Sebatik bagi penumpang dewasa, Rp 10.000 dan anak Rp 6000.
Sedangkan untuk kendaraan, sepeda Rp 15.000, sepeda motor Rp 25.000.
Mobil pribadi Rp 193.000, mobil pikap Rp 159.000, mini bus Rp 339.000, truk sedang Rp 280.000.
‘’Tarif tidak berubah, biaya yang diterapkan, sudah sesuai ketentuan ASDP dan Perda terkait retribusi keseluruhan,’’ jelasnya.
Amin mengimbau para pelaku perjalanan untuk tetap safety, melengkapi diri dengan life jacket, dan mematuhi segala aturan yang berlaku.
‘’Untuk masyarakat yang naik kapal dari Dermaga Ferri atau dermaga Rakyat, mohon taati aturan demi kelancaran dan keselamatan pelayaran. Petugas di lapangan juga mohon selalu siaga dan mengawasi ketentuan berlayar bagi para pelaku pelayaran,’’ kata dia.
Untuk diketahui, Batu Lamampu, merupakan nama yang diberikan oleh masyarakat asli Suku Tidung, dengan makna timbul atau muncul di laut.
Penamaan ini berkaitan dengan sebuah batu yang tidak pernah tenggelam meski saat air laut mengalami pasang tertingginya.
Berkembang mitos di kalangan masyarakat terhadap batu tersebut. Khususnya bagi mereka yang mengharapkan jodoh.
Namun semua kembali pada kepercayaan masing masing.
Adapun Pantai Kayu Angin, menjadi salah satu favorit wisatawan, bahkan warga Malaysia tidak sedikit yang datang ke destinasi wisata yang tidak jauh dari Ambalat ini.
Areal Pantai Kayu Angin, sudah dilengkapi dengan fasilitas wahana bermain anak, gazebo untuk berteduh, dan terdapat penjual kuliner yang memanjakan lidah.
Pantai ini juga menjadi lokasi untuk berkemah, dan kerap dipilih sebagai lokasi untuk olahraga pantai dan perlombaan yang diadakan masyarakat seperti saat perayaan HUT RI 17 Agustus.