NUNUKAN, infoSTI – Masyarakat Adat Dayak Lundayeh di dataran tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, menggelar demonstrasi, menuntut perhatian pemerintah atas keterisoliran mereka yang tidak pernah ada solusi, Kamis (27/2/2025).
Jalanan Krayan, menjelma lumpur di musim penghujan. Menenggelamkan roda roda kendaraan, sehingga aktifitas manusia dan barang terhenti, hampir dua bulan lamanya.
Akses antar kecamatan yang seharusnya bisa ditempuh dua jam perjalanan dalam waktu normal, kini harus ditempuh sehari semalam, dan masyarakat terpaksa tidur di hutan.
Stok Sembako dan kebutuhan pokok penting lain terus menipis, sementara barang barang Malaysia, tidak bisa masuk karena keadaan tersebut.
‘’Kondisi jalan jalan serta jembatan yang rusak, membuat masyarakat tidak bisa beraktifitas. Kami seperti tinggal di penjara, karena tidak ada akses layak. Masyarakat Krayan masih hidup seperti zaman penjajahan,’’ ujar Camat Krayan Selatan, Oktafianus Ramli, dihubungi terkait aksi demonstrasi warga Adat.
Akses yang hancur akibat musim penghujan, memang membuat akses utama di Krayan menjelma lumpur.
Bahkan mobil garden ganda, harus ditarik dengan mobil lain untuk bisa melintasi jalan yang menjelma kubangan lumpur.
Sejumlah jembatan hanyut oleh banjir, dan akses desa desa Krayan ke kota, benar benar terputus.
‘’Teriakan masyarakat adat Krayan butuh jalan aspal menggema. Dan spanduk yang dibawa masyarakat juga banyak bertuliskan masyarakat Krayan tidak butuh makan gratis, hanya butuh jalan aspal,’’ katanya lagi.
Selain jalan dan jembatan di Krayan, akses satu satunya dari Malinau ke Krayan juga amblas akibat cuaca buruk. Pasokan Bapokting dalam negeri, ikut terhenti.
Masalah lain, adalah landasan pacu bandara Long Layu yang masih tanah.
Padahal, akses udara menjadi harapan besar masyarakat Krayan bagi datangnya Sembako dan transportasi yang membawa mereka bisa menuju wilayah perkotaan, khususnya merujuk warganya yang sakit.
‘’Kami sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi keterisoliran Krayan. Pemerintah Daerah saja tidak akan sanggup. Apalagi kebutuhan Krayan bergantung dengan Malaysia. Itu kenapa, demosntrasi kali ini, langsung ditujukan ke Bapak Presiden Prabowo,’’ kata Oktafianus.

Di beberapa spanduk yang dibentangkan, juga terdapat tulisan ‘Garuda di dadaku, Malaysia di perutku’.
Bahkan nampak bendera Malaysia, dibawa oleh pendemo.
Pada aksi demonstrasi Masyarakat Adat Lundayeh Krayan, Kepala Adat Krayan Hulu, Yasan Paren, sebagai orator, meneriakkan 6 tuntutan yang ditujukan ke Presiden RI Prabowo Subianto.
- Menuntut Presiden RI segera mengaspal jalan, serta membangun jembatan permanen di wilayah perbatasan yang menghubungkan antar Kecamatan, Krayan Barat, Kecamatan Krayan Selatan, Krayan Tengah dan Kecamatan Krayan Timur, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat penjaga perbatasan RI – Malaysia.
- Menuntut Bapak Presiden RI segera membuka jalan perbatasan Malindo (Malaysia – Indonesia) Ba’siuk Krayan Selatan, demi meningkatkan ekonomi dan sosial masyarakat adat.
- Menuntut Bapak Presiden RI dan PLN segera menyediakan listrik 24 jam di wilayah masyarakat adat krayan Selatan.
- Menuntut Bapak Presiden RI segera mengaspal bandara perintis dan meningkatkan fasilitas serta infrastruktur bandara perintis Long Layu, Kecamatan Krayan Selatan yang merupakan satu-satunya sarana transportasi yang menghubungkan wilayah perkampungan masyarakat adat, dengan perkotaan.
- Menuntut Bapak Presiden RI segera menetapkan Krayan Raya sebagai DOB kabupaten krayan.
- Menuntut Bapak Presiden RI segera menuntaskan jalan Malinau-Krayan.
‘’Kami berharap Bapak Presiden Prabowo agar memberikan perhatian yang lebih serius dan lebih memprioritaskan pembangunan diwilayah masyarakat adat. Serta segera mengambil tindakan untuk mengabulkan tuntutan masyarakat adat sebagai penjaga keamanan dan kedaulatan Negara,’’ harap Oktafianus.