NUNUKAN, infoSTI – Hujan deras yang mengguyur dataran tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, mengakibatkan jembatan penghubung antar Kecamatan di perbatasan RI – Malaysia ini, putus, akibat hanyut oleh terjangan banjir, sejak awal Tahun 2025 lalu.
Akibatnya, lalu lintas orang dan barang terhambat, pasokan barang barang kebutuhan menipis, dan harga kian melonjak.
Biaya angkutan yang biasanya Rp 3000/Km, naik hingga Rp 10.000/Km. Harga LPG 14 Kg yang tadinya Rp 250.000, menjadi Rp 900.000.
Demikian juga dengan harga Sembako, yang terus naik saban harinya.
Pemda Nunukan, mengeluarkan status tanggap darurat untuk memastikan penanggulangan bencana banjir Krayan, dengan skala prioritas perbaikan jembatan yang putus.
‘’Anggaran pembuatan jembatan dianggarkan Rp 400 juta. Itu untuk keperluan bahan kayu jembatan, operasional, uang lelah relawan desa dan kecamatan,’’ ujar Kasubid Informasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Muhammad Basir, dikonfirmasi, Kamis (20/2/2025).
Kondisi akses utama di Krayan, kata Basir, sangat sulit dilewati. Jalanan berlumpur cukup dalam, membuat mobil mobil bahkan garden ganda sekalipun harus ditarik mobil lain untuk bisa lewat.
Kendala tersebut, berimbas pada pengangkutan material jembatan, sehingga dibutuhkan waktu lebih lama dari kondisi normal.
‘’Pemda kembali menerbitkan SK perpanjangan masa tanggap darurat atas kondisi tersebut. Per hari ini, sudah memasuki masa 34 hari tanggap darurat. Kendalanya adalah melansir material karena jalanan sulit dilalui,’’ ujarnya lagi.
Sejauh ini, progres pembangunan jembatan darurat yang menjadi akses satu satunya yang menghubungkan Krayan Selayan dengan Krayan Tengah dan ke desa desa sekitar, sudah mulai pemasangan tiang pancang.
Pekerjaan dilakukan gotong royong, dan terus berproses.
‘’Material belum bisa terkumpul semua. Semoga cuaca mendukung, sehingga pengangkutan material bisa dilakukan,’’ kata Basir.
Untuk diketahui, terputusnya Jembatan Sungai Bude, yang merupakan jembatan penghubung antar kecamatan satu satunya di wilayah Krayan Selatan, hanyut oleh terjangan banjir.
Masyarakat sudah beberapa kali membangun jembatan darurat secara swadaya, namun lagi lagi, banjir terus menghanyutkan jembatan.
Kondisi ini menjadi viral, saat anak anak SMAN I Krayan terpaksa menyeberangi jembatan darurat saat berangkat dan pulang sekolah.
Harga BBM melambung karena diperlukan tenaga buruh untuk mengangkut jerigen BBM meniti jembatan darurat, untuk menuju Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) di Krayan Selatan.
Terputusnya jembatan ditambah buruknya akses, mengakibatkan stok Sembako dan Bapokting menipis, bahkan alokasi BBM untuk PLTD dikhawatirkan tidak bisa dilakukan, dan mengancam ketersediaan listrik di Krayan Selatan.