NUNUKAN, infoSTI – Salah satu Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, PLBN Labang, di Lumbis Pansiangan, segera diaktifkan secara maksimal.
Fungsional Ahli Pertama KPPBC Nunukan, Abiyoso, mengatakan, sejak diresmikan November 2024, KPPBC Nunukan telah menugaskan sejumlah petugasnya, untuk melakukan pemetaan dan sosialisasi aturan kepabeanan terhadap masyarakat setempat dan para pelintas batas Negara.
‘’Sementara baru pemetaan dan sosialisasi ke masyarakat. Untuk pengaktifan PLBN secara penuh, masih banyak yang perlu dipertimbangkan. Termasuk kesiapan masyarakat, masalah dokumen dan ketentuannya,’’ ujarnya, dihubungi, Rabu (18/12/2024).
Sampai hari ini, masyarakat setempat, masih melakukan perlintasan tradisional yang tidak menggunakan Paspor ataupun Pas Lintas Batas.
Hubungan emosional, kekerabatan dan tradisi yang terjadi selama turun temurun, memungkinkan perlintasan batas Negara dengan cara tersebut.
‘’Untuk itu, kami dari Bea Cukai dan Imigrasi Nunukan, masih mencoba mengedukasi masyarakat terkait pentingnya melintas menggunakan dokumen, dan memahamkan mereka tentang keluar masuk barang, berapa takaran yang diatur, dan apa saja yang dilarang,’’ jelas Abiyoso.
Biasanya, lanjut Abiyoso, masyarakat banyak melintas sungai ketika hari libur, ada acara adat, atau pernikahan.
Puluhan perahu melintas membawa guci dan pernak pernik adat untuk mas kawin.
Abiyoso mengakui, tidak mudah membiasakan masyarakat yang selama ini melakukan perjalanan lintas batas secara tradisional, kemudian memasukkan sejumlah aturan Negara di dalamnya.
Terlebih memahamkan mereka tentang ketentuan batasan belanja barang yang hanya RM 600 perbulan.
Sedangkan hampir 100 persen pemenuhan sandang, pangan dan papan, bagi warga perbatasan, bersumber dari Malaysia.
‘’Kalau untuk beroperasi maksimal, masih banyak yang perlu dibenahi, terutama membiasakan masyarakat perbatasan,’’ tegasnya.
Sejauh ini, petugas Bea Cukai Nunukan sebatas melakukan pemeriksaan barang barang yang masuk dan keluar melalui PLBN Labang, sembari melakukan sosialisasi keberadaan petugas dan fungsi PLBN.
Mayoritas barang yang masuk ke Indonesia, lebih pada Bahan Pokok dan Barang Penting (Bapokting), khususnya bahan pangan, seperti daging sapi, daging ayam, dan Sembako.
Untuk diketahui, jalur keluar masuk di perlintasan PLBN Labang, hanya jalur sungai.
Dari PLBN Labang menuju pedesaan Malaysia yang terdekat, Desa Bantul, hanya dibutuhkan sekitar 10 menit menggunakan perahu long boat.
‘’Untuk volume kapal yang melintas, kami masih petakan. Kadang sehari hanya satu dua kapal, kadang puluhan juga. Jadi kami belum bisa pastikan jumlah pastinya,’’ jelas Abiyoso.
‘’Kami juga belum tahu berapa masyarakat membayar ongkos kapal menuju Malaysia. Karena ada yang dari Desa Labang, ada yang langsung dari Mansalong, beberapa desa antara Mansalong dan PLBN Labang,’’ tuturnya.
Durasi perjalanan dari Mansalong menuju Desa Bantul, juga tergantung dengan kondisi air sungai dan jenis kapal yang digunakan.
Jika dalam kondisi arus pasang, dan menggunakan kapal dua mesin, maka hanya dibutuhkan waktu 4,5 sampai 5 jam, sampai PLBN Labang.
Tapi jika menggunakan kapal kayu dengan 1 mesin, maka durasi tempuh, sekitar 8 sampai 9 jam.
‘’Biaya perahu dari Mansalong ke Labang itu sekitar Rp 9 Juta sampai Rp 10 jutaan. Perkiraan BBM yang dihabiskan sekitar 150 sampai 200 liter.
Perjalanannya melawan arus sungai dengan tantangan giram,’’ kata Abiyoso menggambarkan.
Di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, ada 3 unit PLBN yang dibangun.
Masing masing, PLBN Sei Pancang di Pulau Sebatik, PLBN Long Midang di dataran tinggi Krayan, dan PLBN Labang.
PLBN Sebatik, terkendala masalah perizinan, dimana Malaysia belum menyetujui operasional PLBN dimaksud.
PLBN Long Midang, masih belum selesai pengerjaannya, dan PLBN Labang yang segera difungsikan.
PLBN Labang, merupakan PLBN paling unik di Indonesia, karena satu satunya peerlintasan Negara dengan jalur sungai.
Gedung PLBN, berada cukup jauh dari desa, dan masih terkendala dengan ketersediaan penerangan untuk operasi pengawasan pelintas batas di malam hari.
Apalagi, fasilitas listrik PLBN hanya mengandalkan tenaga surya/solar cell.
Karena cukup terisolasi, petugas Bea Cukai Nunukan juga mengalami pergantian tugas setengah bulan sekali.
‘’Untuk jaringan internetnya, kita ada jaringan satelit menggunakan star link. Tapi itu tergantung cuaca juga. Kalau cuaca buruk, jaringan timbul tenggelam. Semoga kondisi ini menjadi perhatian khusus Pemerintah Pusat,’’ kata Abiyoso.