JAKARTA, infoSTI – Kemendikdasmen dan Program INOVASI menggelar Diskusi Uji Terap Sistem Pembelajaran Jarak Jauh untuk berbagi praktik baik yang mencakup berbagai aspek penting dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah terpencil.
Mulai dari sistem pendidikan yang relevan dengan konteks lokal, strategi pengelolaan, penguatan kapasitas, pendampingan berkelanjutan bagi para pendidik, pemenuhan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan wilayah, sampai perumusan strategi uji terap—khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Diskusi yang digelar di Jakarta, Jumat (18/7/2025) ini, menghadirkan narasumber dari Finigan School of Distance Education (FSDE) New South Wales, Australia, Pemkab Maluku Tengah, Pemkab Nunukan, Universitas Pattimura Ambo, dan Universitas Borneo Tarakan (UBT).
Lalu apa saja terobosan Pemkab Nunukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di wilayah 3T?
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, Akhmad, menyatakan, Pemkab Nunukan telah menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah perbatasan dan terpencil.
Melalui pendekatan strategis dan inovatif, Pemkab Nunukan mengembangkan pendekatan yang relevan, kontekstual, dan inklusif bagi seluruh anak di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Akhmad mengatakan Pemkab Nunukan memulai transformasi pendidikan dari penguatan konektivitas digital.
Melalui program ‘Satu Sekolah Satu Starlink’, Pemkab memasang perangkat internet berbasis satelit berkecepatan tinggi di sekolah-sekolah terpencil.
Inisiatif ini membuka akses pembelajaran daring dan memungkinkan guru serta siswa tetap terhubung dengan perkembangan pendidikan global.
“Melalui Starlink, guru-guru kami di daerah perbatasan bisa mengikuti dinamika pendidikan nasional dan internasional,” ujarnya.
Selain memperluas akses digital, Pemkab Nunukan mempercepat pembangunan infrastruktur fisik pendidikan.
Sekolah-sekolah yang rusak dan membangun unit baru di wilayah rawan banjir, direhabilitasi.
Termasuk ruang kelas baru di SDN 002 Krayan Tengah, yang didanai melalui Dana Alokasi Umum (DAU) 2024.
Pemkab Nunukan juga membangun rumah dinas guru agar para pendidik dapat tinggal dekat dengan sekolah.
“Banyak guru kami harus menempuh jarak jauh. Rumah dinas adalah solusi nyata bagi kenyamanan dan keberlangsungan tugas mereka,” tambah Akhmad.
Pemkab Nunukan juga fokus meningkatkan kapasitas guru melalui pelatihan berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG) di Pulau Nunukan dan Sebatik.
Program ini meningkatkan kompetensi guru kelas awal dan memperkuat kepemimpinan kepala sekolah.
Dinas Pendidikan juga rutin menggelar pelatihan tambahan guna menjaga kualitas pengajaran di seluruh wilayah.
Dalam aspek budaya, Pemkab Nunukan menjalankan Bimbingan Teknis (Bimtek) Revitalisasi Bahasa Tidung untuk memastikan guru mampu mengajarkan bahasa daerah kepada siswa.
‘’Langkah ini menjaga warisan budaya tetap hidup dalam proses pembelajaran,’’ tegasnya.
Untuk kesejahteraan tenaga pendidik, Pemkab Nunukan menyediakan insentif seperti Tunjangan Profesi Guru (TPG), Tunjangan Khusus Guru (TKG), dan Tambahan Tunjangan Penghasilan (TTP) daerah.
Insentif ini menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi guru di daerah 3T.
Dinas Pendidikan juga memastikan siswa mendapat dukungan penuh.
Mereka menyalurkan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) ke semua sekolah, memberikan bantuan biaya pendidikan bagi siswa kurang mampu, serta membagikan seragam gratis kepada siswa baru tingkat SD/MI dan SMP/MTs.
Dalam pembelajaran, sekolah-sekolah di Nunukan menerapkan kurikulum kontekstual.
Pendekatan ini mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa dan lingkungan mereka, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.
Keberhasilan Nunukan, kata Akhmad, tidak lepas dari jaringan kolaborasi yang luas.
Dinas Pendidikan bekerja sama dengan komunitas guru (KKG, MGMP, PGRI), mitra strategis seperti INOVASI, Yayasan Qolbun Salim, Universitas Terbuka, Politeknik Negeri Nunukan, Polres Nunukan, serta pemerintah pusat dan provinsi.
‘’Semua langkah dilakukan dengan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk menjamin efektivitas program,’’ kata dia.
Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikdasmen, Saryadi, menegaskan, penguatan layanan pendidikan di daerah terpencil menjadi salah satu prioritas program.
Komitmen ini, sejalan dengan visi ‘Pendidikan Bermutu untuk Semua’ yang menekankan pemerataan akses pendidikan, termasuk di wilayah 3T dan bagi anak berkebutuhan khusus.
Kemendikdasmen juga menggandeng pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan mitra pembangunan untuk memperkuat dampak program.
Saryadi menekankan pentingnya kolaborasi jangka panjang agar tidak ada anak yang tertinggal karena faktor geografis.
Provincial Manager INOVASI Kaltara, Agus Prayitno, memuji program inovatif Nunukan karena memberikan kesempatan belajar yang lebih besar dan bermutu bagi anak-anak yang selama ini mengalami kesulitan mengakses pendidikan berkualitas.
Usaha Pemkab Nunukan menggandeng banyak pihak untuk terlibat dalam upaya ini merupakan langkah yang tepat.
Pendidikan adalah pekerjaan jangka panjang yang membutuhkan dukungan dari banyak pihak.
“Kami akan terus mendukung Pemkab Nunukan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah perbatasan dan terpencil,” katanya.