NUNUKAN, infoSTI – Rahmat, salah satu dari tiga Anak Buah Kapal (ABK) kapal pengangkut sembako untuk warga perbatasan RI yang karam di Perairan Tanjung Aru, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, pada Sabtu (19/7/2025) lalu, masih mendapat perawatan intensif di Hospital Tawau, Malaysia.
Rahmat, ditemukan seorang nelayan di Perairan Batu Payung, Malaysia, dalam kondisi selamat, Senin (21/72025) sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Konsul RI di Tawau, Aris Heru Utomo melalui Pejabat Konsuler, Calderon Dalimunthe menuturkan, pasca menerima kabar ditemukannya seorang ABK kapal tenggelam di laut Sebatik, Staf Teknis Kepolisian dan Pejabat Konsuler Konsulat RI Tawau segera menemui Pejabat Polis Marin dan Pejabat Polis Tawau untuk memastikan keberadaannya dan memberikan pelindungan yang diperlukan.
‘’Setelah melakukan pendataan yang diperlukan, oleh Konsulat RI Tawau dan Polis Marin, Rahmat dibawa ke Rumah Sakit Daerah Tawau untuk mendapatkan perawatan medis dan memulihkan tubuhnya yang sangat lemah. Rahmat mengalami dehidrasi berat’’ ujar Calderon melalui pesan tertulis, Selasa (22/7/2025).
Calderon mengatakan, ketika Konsul RI di Tawau, Aris Heru Utomo bersama dirinya menjenguk Rahmat di RS Tawau, Senin sekitar pukul 20.00 waktu setempat, Rahmat sedang tertidur nyenyak dengan tangan kanannya diberikan cairan infus.
Petugas rumah sakit yang berjaga menjelaskan bahwa tekanan darah Rahmat normal dan kondisi tubuhnya juga membaik.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter akan memberikan obat atau vitamin yang dibutuhkan agar pasien segera sehat kembali.
Kemungkinan, Rahmat akan tinggal beberapa hari di rumah sakit sampai tubuhnya pulih kembali dan dinyatakan layak untuk bepergian oleh dokter.
‘’Rencananya, setelah Rahmat pulih kembali kesehatannya, yang bersangkutan akan dikembalikan ke Nunukan melalui Pelabuhan Tawau dengan didampingi staf Konsulat RI Tawau dan pihak terkait,’’ tulisnya.
Lalu bagaimana kisah Rahmad bertahan dua hari di tengah laut?
Dari penuturan Rahmat kepada pejabat KRI Tawau, sebelum tenggelam, kapal bermuatan gula berjumlah 250 pack tersebut mengalami malfungsi pada mesin dan kemudian dihantam ombak.
Rahmat terombang ambing di lautan selama dua hari dua malam (dari Sabtu malam sampai Senin siang).
‘’Ia bertahan terapung di laut menggunakan sebuah jerigen kosong yang sengaja diikatkan di pergelangan tangan kiri untuk berjaga-jaga karena ia tidak bisa berenang,’’ tutur Calderon.
Selama terapung dan terhanyut di laut, beberapa kali Rahmat melihat perahu atau kapal yang melintasinya.
Tapi karena hanya kepalanya yang berada di atas permukaan air laut, maka tidak ada satupun orang di atas perahu atau kapal yang melihatnya.
Barulah pada Senin, 21 Juli 2025, sekitar pukul 11.00 waktu setempat, ketika tali dan jerigen yang diikatkan ditangan Rahmad putus dan terlepas serta tubuhnya mulai tenggelam, tiba-tiba tubuhnya terdorong arus naik kepermukaan.
‘’Saat itulah tubuhnya terlihat oleh seorang nelayan dalam keadaan tidak berpakaian, karena seluruh pakaiannya terlepas,’’ lanjut Calderon.
Oleh nelayan yang menemukannya, Rahmat kemudian diserahkan ke Polisi Perairan (Polis Marin) Tawau untuk ditindaklanjuti.
Setelah melakukan pemeriksaan, Polis Marin kemudian menghubungi Konsulat RI Tawau.
Diketahui, kapal kayu bermuatan sembako dari Malaysia untuk kebutuhan warga Pulau Sebatik tenggelam di Perairan Tanjung Aru pada Sabtu (19/7/2025) sekitar pukul 23.00 Wita.
Dari tiga awak kapal, dua sempat dilaporkan hilang, sementara seluruh muatan sembako turut tenggelam.
Kapal tersebut dinakhodai Hasim Bin Hatta (Acok) dan mengangkut dua anak buah kapal (ABK), yaitu Rahmat dan Arifin Nurman (29).
Danlanal Nunukan, Letkol Laut (P) Primayantha Maulana Malik menjelaskan, kapal kayu tradisional tersebut memiliki kapasitas GT 2 dan menggunakan mesin ganda 40 PK.
Kapal tenggelam akibat cuaca buruk saat melintas di Perairan Tanjung Aru, Sebatik Timur, pada koordinat 04° 08′ 38″ LU – 117° 56′ 30″ BT.
Kapal diketahui berangkat dari Pulau Sebatik menuju Malaysia pada Sabtu (19/7/2025) sekitar pukul 16.00 Wita.
Setelah berbelanja sembako, kapal kembali berlayar ke Sebatik sekitar pukul 20.00 Wita. Namun, saat tiba di Perairan Tanjung Aru sekitar pukul 23.00 Wita, kapal mengalami kerusakan mesin.
Cuaca buruk disertai gelombang tinggi menyebabkan air masuk ke lambung kapal hingga akhirnya tenggelam.
“Para ABK mencari alat pelampung masing-masing untuk menyelamatkan diri,” kata Primayantha.
Pada Minggu (20/7/2025), salah satu ABK, Arifin Nurman, berhasil ditemukan selamat oleh kapal reguler Sadewata yang tengah berlayar menuju Kota Tarakan.
Arifin kemudian dievakuasi ke Puskesmas Sebatik untuk mendapatkan perawatan medis.
Di hari yang sama, prajurit Lanal Nunukan juga berhasil menemukan kapal yang karam dan menariknya ke daratan.
Pencarian hari kedua membuahkan hasil. ABK Rahmat ditemukan oleh nelayan di Perairan Batu Payung, Malaysia.
Meski sempat berurusan dengan aparat setempat, Rahmat kemudian ditangani oleh Konsulat RI di Tawau.
Rahmat dalam kondisi dehidrasi berat dan dirawat di Hospital Tawau. Ia akan dipulangkan ke Indonesia setelah kondisi kesehatannya stabil.
Pencarian hari ketiga, Selasa (22/7/2025), menjadi akhir operasi. Nakhoda kapal, Hasim Bin Hatta, ditemukan meninggal dunia.
Dengan temuan ini, operasi pencarian oleh Tim SAR Gabungan resmi dihentikan. Tim terdiri dari Pos AL Sei Pancang, Pos Sei Nyamuk, Satgas Marinir Ambalat XXXI Ops Yudha Dharma 02 Guspurla Koarmada II, Tim Kopaska Ops Yudha Dharma 02 Guspurla Koarmada II, dan Airud Sebatik.