NUNUKAN, infoSTI – Selain memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang terbilang sukses dengan usaha penyaluran air bersih untuk warga dan program ketahanan pangan dari hortikulura, Desa Srinanti, Kecamatan Seimanggaris, Nunukan, Kaltara juga memiliki cara tersendiri dalam mengaktifkan Koperasi Desa (KOPDES) Merah Putih.
Kepala Desa Srinanti, Rusmini Hakim mengatakan, system pengelolaan KOPDES sama sekali sekali tidak berasal dari keuangan desa, layaknya BUMDES.
‘’KOPDES murni tidak ada sumber keuangan desa, hanya menunggu pinjaman modal besar dengan bunga rendah. Tapi kami dari desa sudah mendirikan KOPDES. Ibarat anak bungsu, BUMDES anak sulung,’’ ujarnya saat dihubungi, Rabu (2/7/2025).
Kendati demikian, Rusmini memiliki cara sendiri untuk mendirikan KOPDES tanpa pinjaman modal.
Dalam perekrutan pengurus KOPDES yang dilakukan, ada 11 pendaftar yang kemudian mengerucut pada 5 orang pengurus inti hasil dari musyawarah desa.
Terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Wakil Bidang Usaha, dan Wakil Bidang Keanggotaan.
Dan ditambah 3 orang pengawas, sehingga ada 8 pengurus inti KOPDES Merah Putih Desa Srinanti.
‘’Kami sudah mengambil langkah membuka peluang mendaftar sebagai anggota KOPDES. Ada 100 warga bersedia, kita tutup pendaftaran. Kita terapkan iuran wajib Rp 500.000 per pendaftar, dan iuran wajib perbulan 50.000,’’ urai Rusmini.
Desa Srinanti juga mengeluarkan anggaran untuk biaya pengurusan administrasi perizinan di notaris. Dengan demikian KOPDES Merah Putih Srinanti, menjadi badan usaha yang legal.
Dari modal awal hasil iuran pendaftaran 100 anggota yang terkumpul sebesar Rp 50 juta, kemudian disepakati untuk memulai usaha penyediaan pupuk bagi petani kelapa sawit.
‘’Jumlah pupuk di Seimanggaris itu jauh sekali dari kata cukup. Maka fikiran pertama yang keluar dari warga kami adalah bagaimana memulai ketersediaan pupuk,’’ kata Rusmini.
Di wilayah Kecamatan Seimanggaris, ada ratusan ribu hektar lahan dengan tanaman kelapa sawit.
Sementara untuk wilayah Desa Srinanti sendiri, ada sekitar 400 warga dengan kepemilikan lahan lebih 10.000 hektar, diluar LU (Lahan Usaha), HTR (Hutan Tanaman Rakyat) san status lain, diluar domain pemerintah desa.
Desa Srinanti, mulai memesan pupuk dari Bontang, Surabaya dan Malaysia.
‘’Dengan jalannya mimpi awal ini, menjadi supplier pupuk, berikutnya kami punya mimpi lain, memiliki timbangan buah digital. Kita kerja sama dengan perusahaan, menimbang buah hasil panen masyarakat sebelum dikirim ke perusahaan,’’ kata Rusmini.
Unit usaha ketiga yang dicanangkan KOPDES Srinanti, berupaya menjalin kerja sama dengan perusahaan pertambangan.
‘’Jadi ketika mereka ada program reklamasi, kita yang siapkan bibit. Mereka tinggal tanam. Alhamdulillah komunikasi kita bagus dengan perusahaan, sehingga kita optimis ini bisa dilakukan,’’ imbuhnya.
Usaha terakhir, adalah simpan pinjam, layaknya koperasi lainnya.
‘’Jadi kalau Desa lain masih menunggu regulasi, kami sudah bergerak. Kita ingin ekonomi masyarakat terus meningkat menuju sejahtera sebagaimana tujuan pendirian KOPDES,’’ kata dia.