oleh

Winda Sahabat Tuli Nunukan, Ajarkan Bahasa Isyarat Bagi Petugas Imigrasi

NUNUKAN, infoSTI – Kantor Imigrasi Nunukan, Kalimantan Utara, memberikan pelatihan bahasa isyarat bagi seluruh pegawainya.

Kepala Kantor Imigrasi Nunukan, Adrian Sutrisno mengatakan, Imigrasi terus berbenah demi pelayanan prima kepada masyarakat.

‘’Kita adakan kegiatan Immigration On Class, bertajuk Melayani Tanpa Batas, Berbahasa Tanpa Suara. Ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,’’ ujar Adrian, melalui pesan tertulis, Selasa (20/5/2025).

Imigrasi menggandeng gadis yang menjadi icon bagi para tuna rungu Nunukan, Winda Novitasari, yang merupakan pendiri dari Komunitas Sahabat Tuli Nunukan.

Dengan luwes, Winda memberikan pelatihan dasar bahasa isyarat kepada para petugas Imigrasi, agar memiliki kemampuan dasar dalam berkomunikasi dengan penyandang disabilitas, khususnya tuna rungu.

Adrian menambahkan, Immigration On Class, merupakan langkah awal dari program pelatihan berkelanjutan yang telah dirancang secara terjadwal oleh Imigrasi Nunukan.

‘’Kita ingin menciptakan lingkungan pelayanan publik yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali,’’ tegasnya.

Melalui kegiatan Immigration On Class, para petugas Imigrasi memiliki keterampilan tambahan berupa kemampuan bahasa isyarat.

Sehingga mereka bisa menjalin komunikasi dua arah saat mendapati masyarakat pemohon passport yang memiliki keterbatasan dalam hal komunikasi lisan.

‘’Imigrasi berkomitmen memberikan pelayanan yang ramah, inklusif, dan tanpa diskriminasi. Semoga pelatihan ini dapat berkelanjutan dan berdampak nyata dalam meningkatkan kualitas layanan Imigrasi Nunukan,” harap Adrian.

Sedikit informasi tentang Winda Novitasari. Gadis multi talenta ini ingin menanamkan paham ‘’kita setara’’ bagi kaum disabilitas Nunukan, yang selama ini termarjinalkan dan selalu minder dalam bergaul.

Selama ini, Winda memiliki semangat untuk menepis adanya anggapan bahwa disabilitas merupakan aib, kutukan, dan memalukan.

Winda dalam sebuah wawancara dengan wartawan menegaskan bahwa dirinya tak ingin orang lain melihat penyandang disabilitas sama dengan orang sakit dan tak berdaya.

Penyandang disabilitas juga punya kesetaraan dan hak yang sama baik pendidikan dan pekerjaan.

Faham tersebut tidak berlebihan jika melihat potensi dan prestasi yang diraih wanita lulusan SLB Dena Upakara Wonosobo, Jawa Tengah, ini.

Winda menekuni pendidikannya di bidang desain busana, dan mendirikan Winda Fashion pada 2015.

Ia berkreasi menjadi perancang busana. Dalam sebulan, ia mampu menghasilkan sampai Rp 15 juta dari usahanya menjahit.

Selain itu, beragam prestasi mentereng ia raih, masing masing, pada 2017, Winda mendirikan rumah Kreatif Tuna Rungu Nunukan.

Di rumah ini, ia selalu mengajarkan berbagai hal untuk kemandirian anak anak tuna rungu.

Kiprahnya tidak hanya di kelas domestik, bahkan di kancah nasional, Winda pernah meraih juara 1 kontes model Indonesia pada 2020.

Ia juga menyabet emas pada lomba cover lagu nasional versi Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Pada 2021, nama Winda keluar sebagai juara 2 nasional fotogenik disabilitas.

Bahkan di bidang olah raga, Winda membuktikan diri dengan meraih medali perak dalam lari estafet Peparnas Papua 2021.

“Kita semua setara, kekurangan yang ada pada kaum disabilitas bukan berarti tidak bisa berdaya melainkan tantangan untuk pembuktian diri,” kata Winda saat itu.