NUNUKAN, infoSTI – Penyetopan pelayaran perintis oleh KM Manta yang melayani penyeberangan Nunukan – Pulau Sebatik, di Kalimantan Utara, batal disetop.
‘’Dibatalkan karena Kementrian melihat Pulau Sebatik adalah wilayah 3T (Terdepan Terluar Tertinggal), dikuatkan dengan adanya surat yang dilayangkan Anggota DPRD Nunukan,’’ ujar Kepala Perwakilan ASDP Kota Tarakan, Abdul Ghafur, dihubungi Jumat (7/2/2025).
Ghafur menegaskan, sebelumnya, perintah penyetopan operasi kapal feri karena menindaklanjuti surat BPTD, perihal dukungan pelaksanaan kebijakan pemerintah Nomor KU.001/1/3/SATKERKALTARA/2025.
Dan surat GM PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Balikpapan Nomor OP.010/0038/II/ASDP-BPP/2025, perihal pemberitahuan penghentian sementara pelayanan penyeberangan lintasan perintis di Kaltara.
‘’Dan itu ditindaklanjuti ASDP dengan mengirim surat pemberitahuan penyetopan layanan pelayaran feri rute Nunukan – Sebatik, Nunukan – Seimanggaris dan Nunukan Tarakan,’’ jelas Ghafur.
Kendali dibatalkan, rute yang bisa diakses hanya Nunukan – Pulau Sebatik, dan sekali seminggu untuk rute Nunukan – Tarakan.
Adapun rute Nunukan – Seimanggaris, ditiadakan. Pertimbangan penumpang dan lalu lintas seperti Pulau Sebatik, menjadi alasan.
‘’Sementara beroperasi masih dengan tariff subsidi, tapi jalur komersil. Kita tidak tahu jika nanti ada kenaikan tariff, karena jalurnya komersil itu,’’ lanjut Ghafur.
Sebenarnya, kebutuhan kapal feri untuk Nunukan – Pulau Sebatik, sudah pernah dibahas DPRD Nunukan.
‘’Anggota DPRD Sebatik, Pak Andre melayangkan surat juga di tahun 2023, menyangkut urgensi feri Nunukan – Pulau Sebatik. Penjelasan dalam surat tahun 2023, menjadi penguat surat yang dilayangkan pasca penyetopan feri pada 2 Februari 2025 kemarin,’’ kata Ghafur.
Dampak berhentinya penyeberangan feri
Terhentinya pelayanan penyeberangan kapal ferry KM Manta untuk Nunukan, Kaltara, bakal menjadi pemicu terjadinya inflasi di perbatasan RI – Malaysia ini.
Hal ini disuarakan Anggota DPRD Nunukan, Dapil Pulau Sebatik, Andre Pratama.
Ia memberi gambaran, selama ini, pasokan material bangunan untuk Sebatik, biasanya disuplay dari Kota Nunukan.
Di saat normal, dimana ferry masih beroperasi, 1 zak semen yang dihargai Rp 82.000 per zak, dijual di Pulau Sebatik dengan harga Rp 95.000 sampai Rp 100.000 per zak.
Truk dengan muatan material biasa ditarik biaya Rp 500.000 sampai Rp 600.000.
“Kalau ferry tidak ada, otomatis pilihannya hanya kapal jongkong. Kebayang kenaikan harganya kan, sudah pasti inflasi ini barang,” ujar Andre.
Kapal ferry, selama ini menjadi salah satu transportasi yang paling membantu keberlangsungan ekonomi masyarakat dan jaminan pembangunan berkelanjutan karena lancarnya pasokan material dari kota.
Ferry juga memudahkan para nelayan rumput laut, menjual hasil panen mereka dari Pulau Sebatik ke Nunukan Kota, untuk dinaikkan kapal laut di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, sebelum dikirim ke Surabaya dan Sulawesi.
Salah satu pengepul rumput laut di Sebatik, Rahmat, mengaku bingung menghadapi kondisi ini.
Ia biasanya mengirim empat truk rumput laut ke Nunukan, dan kini harus mencari alternatif dengan biaya lebih mahal.
“Kami semua yang biasa kirim rumput laut ke Nunukan ini bingung kalau feri berhenti beroperasi. Dampaknya bukan hanya untuk pengusaha rumput laut, tapi juga pembudidaya dan pekerja pengikat bibit,” katanya.
Sementara itu, pengusaha rumput laut lain, Sultan, menjelaskan bahwa tanpa feri, mereka harus mengeluarkan biaya dua kali lipat untuk transportasi menggunakan kapal jongkong.
“Kalau biasanya kami bayar Rp 1,6 juta sudah beres, tanpa feri kami bisa keluar uang Rp 2,8 jutaan, belum upah buruhnya. Feri sangat membantu usaha dan perekonomian masyarakat perbatasan,” tegasnya.
Desakan agar Operasional Feri Segera Dilanjutkan
Andre juga telah bersurat melalui Lembaga DPRD Nunukan untuk merespon terhentinya pelayaran kapal ferri.
Surat nomor 033-DPRD/170, dilayangkan ke PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Balikpapan tersebut berisi permohonan agar ASDP sebagai operator, tidak menghentikan operasional kapal ferry untuk Nunukan.
“Terutama rute Nunukan – Sebatik. Begitu juga rute Nunukan – Tarakan, setidaknya seminggu sekali, karena kita tahu bungker BBM kapal hanya di Tarakan,” kata Andre.