NUNUKAN, infoSTI – Kasus dugaan puluhan murid dan sejumlah guru SDN 03 Nunukan Selatan, Nunukan, Kalimantan Utara, yang diduga keracunan menu MBG, sudah dianggap selesai.
Pihak sekolah, telah memanggil sejumlah pihak yang bertanggung jawab dalam penyediaan menu, termasuk Yayasan Abi Al Ummi sebagai vendor MBG, petugas pengawas, hingga bagian distribusi.
Hasilnya, pihak penyedia mengakui kekhilafannya, dan berjanji akan lebih berhati hati, serta menjamin kejadian serupa tidak lagi terulang.
Penanggung jawab Yayasan Abi Al Ummi, Orde Baru Hakim, mengakui, ada kesalahan dalam menu ayam kecap, yang disajikan Senin (13/1/2025) lalu.
‘’Barangkali makanan yang untuk (pengantaran) pagi, terikut disitu (bagian siang). Saya kurang pasti, karena kebetulan saya sudah empat hari tidak disitu (mengontrol). Karena saya menunggui anak saya sakit di RSUD Nunukan,’’ ujarnya, dihubungi, Jumat (17/1/2025).
Orde Baru, mengaku belum mengantongi laporan lengkap dari pihak pengawas, sampai saat ini.
Ia juga masih belum tahu, mengapa bisa terjadi insiden makanan yang diduga basi, sehingga mengakibatkan puluhan murid dan sejumlah guru, mengalami mual dan diare.
‘’Mohon maaf, saya belum pasti bagaimana kejadiannya. Saya masih mengurusi anak saya yang sakit,’’ jelasnya.
Kendati demikian, Orde Baru Hakim, menyatakan siap bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut.
Setelah anaknya keluar RSUD, ia akan segera menggelar rapat, dengan mengumpulkan semua pihak yang terlibat dalam MBG di wilayah Nunukan Selatan.
‘’Sebenarnya kalau dikatakan keteteran, tidak juga. Ada 30 orang yang memasak menu MBG di dapur kami. Untuk info lengkapnya, nanti setelah anak saya sudah sembuh, saya akan rapat lagi, dan membahas masalah ini,’’ kata Orde Baru.
Respon Perwakilan BGN di Nunukan
Terpisah, perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk Nunukan, Aji mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan sample lauk MBG, yang diduga menyebabkan keracunan puluhan murid dan sejumlah guru di SDN 03 Nunukan Selatan, ke BPOM.
‘’Terkait sebab keracunan, kita masih investigasi, meski kasusnya dianggap selesai,’’ katanya.
Aji juga tidak membantah, ada dugaan lauk MBG yang basi, sebagai penyebab keracunan.
‘’Mungkin ada benarnya (lauk basi). Saya sudah cek di lapangan, sudah ngobrol sama kepala sekolah juga. Mungkin itu ada kesalahan dari kami, kami akui,’’ kata dia.
‘’Itu jadi catatan kami juga, supaya lebih ketat lagi di dapur kepada karyawan,’’ tegasnya.
Aji menjelaskan, dapur Yayasan Abi Al Ummi, yang ada di Jalan Anasta Wijaya, Nunukan Selatan, mempekerjakan 30 karyawan sebagai tukang masak.
Mereka memasak 3340 porsi, dan terbagi menjadi dua kali waktu pengolahan/memasak.
Untuk anak anak sekolah pagi, para tukang masak, mulai mengolah makanan pukul 03.00 wita.
Sementara untuk bagian anak anak sekolah siang, dimasak mulai pukul 09.00 wita.
‘’Sebenarnya kalau masalah menu, fresh semua. Tapi untuk saat ini kami investigasi dulu masalahnya. Kenapa hanya SDN 03 Nunukan Selatan (yang keracunan), sementara sekolah lain tidak,’’ jelas Aji.
Kronologis
Puluhan siswa di SDN 03 Nunukan Selatan, Kalimantan Utara (Kaltara), mengalami diare diduga keracunan makanan saat pelaksanaan progam Makanan Berbasis Gizi (MBG) Senin, (13/1/2025).
Kepala Sekolah, Hairuddin, mengaku prihatin dan berharap ada tindak lanjut dari dinas terkait agar kejadian itu tak terulang.
“Jangan sampai program yang bertujuan mulia, tercoreng akibat peristiwa yang seharusnya tidak perlu terjadi, seperti kejadian di SDN 03 Nunukan Selatan,” katanya, Kamis (16/1/2025).
Hairuddin menyatakan, pihaknya mencurigai adanya lauk yang basi dalam hidangan ayam kecap yang disajikan.
“Kami menduga bahwa terdapat menu yang tidak segar, meskipun ada juga yang dalam kondisi baik,” ungkap Hairuddin saat dihubungi pada Kamis, (16/1/2025).
Dugaan mengenai penyebab diare ini terungkap setelah sejumlah siswa melaporkan gejala yang mereka alami kepada orangtua mereka.
Setelah ditindaklanjuti, ada sekitar 17 siswa di kelas 3 C dan 12 siswa di kelas 2 B yang mengalami diare, termasuk beberapa guru yang juga terkena dampak.
“Kami lebih memilih untuk tidak membuang makanan yang tersisa dan memberikan kesempatan bagi guru untuk menikmatinya,” tambah Hairuddin.
Gejala mual dan diare mulai muncul menjelang malam hari, semakin menguatkan dugaan bahwa kejadian ini berhubungan dengan menu MBG yang dikonsumsi.
Dalam menanggapi masalah ini, pihak sekolah telah mengundang penanggung jawab dapur, pengawas, serta perwakilan BGN untuk melakukan rapat.
Dalam pertemuan tersebut, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berkomitmen untuk menjadikan kejadian ini sebagai bahan evaluasi dan meningkatkan kualitas pelayanan mereka.
Hairuddin menegaskan bahwa semua pihak terkait sepakat bahwa insiden ini disebabkan oleh makanan yang disajikan pada hari Senin lalu.
“Dapur juga mengakui bahwa mereka mengikuti jadwal memasak untuk siswa pagi dan siang, dimulai sejak waktu Subuh dan dilanjutkan pada pukul 09.00 WITA,” jelasnya.
Sebagai informasi, sekolah ini memiliki sekitar 597 siswa yang terdaftar dalam Program MBG.