NUNUKAN, infoSTI – Kampus Politeknik Negeri Nunukan (PNN) Kalimantan Utara, menginisiasi aksi penolakan Organisasi masyarakat Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya, di perbatasan RI – Malaysia, Senin (19/5/2025).
Aksi yang digelar di Tugu Dwikora ini, menggandeng sejumlah Ormas di Nunukan, masing masing, Laskar Pemuda Adat Dayak Kalimantan Timur (LPADKT), Persekutuan Suku Asli Kalimantan (PUSAKA), Bubuhan Banjar, LSM Panjiku, Paguyuban Keluarga Jawa (PAKUWAJA), Dayak Tenggalan, Dayak Agabag, Dayak Lundayeh, dan lainnya.
‘’Kita lakukan aksi penolakan kehadiran GRIB di Nunukan, karena GRIB ribut dimana mana,’’ ujar Basran, salah satu orator dari Poltek Nunukan, menyuarakan penolakan di depan massa aksi.
Basran menguraikan sejumlah kerusuhan yang dilakukan GRIB, di beberapa daerah. Diantaranya,
- Pembakaran mobil polisi di kawasan Harjamukti Depok.
- Bentrok dengan Pemuda Pancasila di Blora, Jawa Tengah, pada 14 Januari 2025. Insiden ini mengakibatkan 12 orang terluka.
- Bentrok dengan Pemuda Pancasila di Jalan BKR, Kota Bandung, pada 15 Januari 2025, dimana empat anggota Pemuda Pancasila mengalami luka akibat senjata tajam, dan beberapa kendaraan serta fasilitas mengalami kerusakan.
- Penyegelan perusahaan PT Bumi Asri Pasaman (BAP) di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, pada Sabtu, 26 April 2025.
‘’Dengan melihat kekacauan yang ada, seakan GRIB ini preman berbungkus organisasi. Maka itu, kita lakukan aksi agar akumulasi kekacauan tersebut, tidak sampai ke Nunukan,’’ tegas Basran.
Ketua DPC LPADKT Nunukan, Rian Antoni, menegaskan, ketika sebuah kelompok tidak diterima masyarakat, maka kelompok tersebut bisa dikatakan tidak ideal keberadaannya.
‘’Kita saksikan sendiri, hampir seluruh elemen masyarakat di Nunukan menolak. Dan ini berpotensi konflik, sehingga kehadiran GRIB tak perlu ada,’’ kata Rian.
Sampai hari ini, masyarakat Nunukan sudah hidup rukun berdampingan dengan segala perbedaan dan adat istiadat.
Mereka menjaga harmoni dan persaudaraan, sehingga jangan sampai ketenteraman yang sudah ada, dikoyak oleh kehadiran sebuah Ormas yang ditolak oleh masyarakatnya.
‘’LPADKT meminta seluruh elemen menjaga kondusifitas, keamanan, agar terus harmoni meskipun dalam bingkai perbedaan. Kita sudah indah di Nunukan, jangan ada riak riak yang memicu kerusuhan,’’ tegasnya.

Terpisah, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Nunukan, Hasan Basri Mursali, mengatakan, sejauh ini, pihaknya belum mendeteksi keberadaan GRIB JAYA di Nunukan.
Kendati demikian, mereka akan melakukan deteksi dini untuk mengantisipasi kerawanan konflik, manakala ada Ormas GRIB yang masuk.
‘’Aksi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat Nunukan, kita artikan sebagai bentuk kewaspadaan dan sikap penolakan. Kita akan pantau terus keberadaan GRIB, tapi sejauh ini, kita belum temukan di Nunukan,’’ kata Hasan.
Hasan tidak membantah, GRIB JAYA adalah Ormas yang terdaftar secara nasional, dengan ketua umumnya Hercules Rosario de Marshal.
Undang undang juga menjamin kebebasan berserikat dan berpendapat.
‘’Secara UU tidak ada larangan, tapi tentu ada kearifan lokal, mungkin daerah lain diterima, ada juga yang tidak,’’ kata Hasan.
‘’Ketika nanti seandainya ada GRIB masuk, kita akan laporkan ke Forkopimda. Dan sekali lagi, setiap daerah penerimaannya berbeda,’’ tegasnya.