NUNUKAN, infoSTI – Wakil Bupati Nunukan, Kalimantan Utara, Hermanus, menyuarakan kekhawatirannya akan dampak negative penggunaan gadget dan medsos yang kini sudah mengalahkan perhatian generasi terhadap minat membaca.
Perkembangan tekhnologi yang mudah diakses melalui internet, membuat anak-anak kurang tertarik lagi pada buku.
Layar Hp, menawarkan hiburan dan informasi yang lebih menarik dan cepat.
“Kini anak anak lebih tenang dan senang menggunakan gadget untuk mencari informasi ketimbang mencari perbandingan dengan membaca buku,” ujar Hermanus.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa teknologi membuka akses ke informasi yang luas dan akses mudah.
Tinggal menekan layar dan berbicara melalui speaker Hp, Google akan memberikan semua informasi yang dimau.
Namun akan berbeda penangkapannya bila ilmu diperoleh dari membaca buku, terlihat oleh mata, mengucap dengan mulut dan pasti tersimpan di hati.
“Ilmu pengetahuan kalau didengar saja, itu bahaya juga. Anak sekarang itu kan sukanya mendengar di gadget dan Internet. Itu akan mempengaruhi karakter anak kita, apalagi kita bukan negara maju, kita baru negara berkembang. Kalau kita negara berkembang dipaksa anak anak kita untuk menjadi negara maju, tentu ada pergeseran mentalitas, tidak seimbang tekhnologi tapi kehidupannya sehari hari tidak begitu, masih manual,” urai Hermanus.
Keterampilan membaca yang kuat, dinilai memungkinkan siswa untuk menjelajahi dunia, memperoleh pengetahuan dan informasi yang diperlukan, serta untuk merasakan senangnya membaca.
Membaca menjadi sebuah kesempatan untuk menemukan dunia baru dan memahami orang lain maupun diri mereka sendiri.
Studi ilmiah menunjukkan lingkungan tanpa layar gadget memberikan kondisi yang lebih baik bagi anak-anak untuk mengembangkan relasi, berkonsentrasi, juga belajar membaca dan menulis.
Oleh karena itu, penting bagi alat bantu pembelajaran digital hanya diperkenalkan dalam pengajaran pada usia ketika alat tersebut mendukung, bukan menghalangi, pembelajaran siswa.
Kalau kita semua mau jujur, kata Hermanus, kita tidak ingat kapan terakhir kali membaca buku sampai selesai? Kita lebih fasih swipe layar daripada membalik halaman.
Buku hanya dicari ketika ada tugas, setelah itu, ponsel kembali menang.
Namun ini bukan semata kesalahan anak-anak. Orang dewasa pun demikian. Waktu luang lebih sering dihabiskan untuk scroll tanpa arah daripada menyelami isi buku.
‘’Gadget bukan musuh. Dunia digital bukan ancaman. Tapi keseimbangan adalah kunci. Dunia literasi tak boleh ditinggalkan,’’ kata Hermanus.
Hermanus menginstruksikan kepada para guru di Kabupaten Nunukan, agar memperbanyak membaca dan menulis. Setiap sekolah wajib memiliki perpustakaan.
” Kita tanamkan ke para siswa siswi untuk gemar membaca, dan perpustakaan wajiblah ada di sekolah,” pintanya.