NUNUKAN, infoSTI– Ulah sejumlah motor Suzuki Thunder di Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) Nunukan, Kalimantan Utara, menjadi sorotan tajam masyarakat.
Sejumlah warga mengaku geram dengan rombongan motor Thunder yang berkali kali antre bensin, sehingga menghabiskan jatah kuota warga lainnya.
Gereget tersebut, bahkan ramai dibahas di linimasa facebook. Akun bernama Afdal Karkoun, mengunggah status, dengan logat Nunukan yang kental,
‘’Mohon pemerintah, ini ditindaklanjuti, kami selalu gak dapat bensin di Pertamina (APMS). Gara gara segerombolan orang antre pake motor Thunder berulang kali. Lagi dorang yang untung kita yang menderita. Baru kita beli bensin sama dorang dari harga Rp 10.000 jadi Rp 15.000. Deh, Rp 5000 untungnya satu botol’’, tulis Afdal Karkoun.
Akun tersebut menjelaskan, rombongan motor Thunder yang berkali kali kembali ke APMS, bertujuan menjual ulang bensin secara eceran.
Status inipun mendapat ramai tanggapan netizen yang mengeluhkan hal serupa.
Bahkan akun Bakabon, menuliskan status, ‘’Buat pemerintah, kalau bisa buatkan pertamina khusus buat motor Thunder saja’’.
Beragam komentar miring masyarakat terhadap ulah rombongan motor Thunder akhirnya mengikuti status tersebut.
Masyarakat menyorot kinerja Pemkab Nunukan dalam hal pengawasan dan memprotes pembiaran yang terjadi.
Satu kali pengisian, tangki motor Thunder memiliki kapasitas 15 liter, dan jika dibandingkan dengan motor matic atau motor standar sekelas Honda Beat yang tak sampai 5 liter, kapasitas atau jatah BBM bagi konsumen tentu perlu menjadi perhatian serius.
Beberapa netizen juga bereaksi keras atas kondisi tersebut. Salah satunya adalah Al-drus Sayid.
‘’Tolong aparat untuk razia itu motor Thunder. Pasti dipakai ngetap bensin lalu dijual kembali,’’ tanggapan akun Al-drus Sayid.
Namun ada juga netizen yang berkomentar bijak.
Bagaimanapun, keberadaan Bentol (Bensin Botolan) di pinggir pinggir jalan di Nunukan, sangat membantu masyarakat khususnya yang membutuhkannya di tengah perjalanan dengan jarak APMS yang jauh.
‘’Gak perlu dilarang, cukup dibatasi pembelian, dikasih hanya Rp 60.000 sehari,’’ komentar Suwardi Karim.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Pemkab Nunukan, Rohadiansyah, mengakui kondisi yang menjadi perdebatan masyarakat di media social cukup berlarut dan terjadi lama.
Kendati demikian, Pemkab Nunukan perlu lebih dulu berkomunikasi dengan sejumlah pihak, sebelum mengambil tindakan.
‘’Inshaa Allah besok kami akan koordinasi dengan Pertamina Tarakan dan pemilik SPBU untuk permasalahan ini dan langkah yang bisa dilakukan,’’ jawab Rohadiansyah saat dihubungi.