oleh

Listrik Hanya Menyala 4 Jam Sehari, Warga Desa Tepian Sering Ribut Sambungan Listrik

NUNUKAN, infoSTI – Warga Desa Tepian di Kecamatan Sembakung, pedalaman Nunukan, Kalimantan Utara, berharap bisa menikmati jaringan listrik PLN.

Selama ini, listrik di Desa Tepian, menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang merupakan bantuan Kementerian ESDM, tahun 2017.

PLTS dengan kapasitas daya 75 KWP tersebut, dikelola Bumdes, dan diperuntukkan bagi 142 rumah warga.

‘’Sekarang akinya sudah aus. Lampu juga hanya menyala mulai jam 18.00 wita sampai pukul 22.00 wita,’’ ujar Direktur Bumdes Tepian, Tohar Mustofa, dihubungi Rabu (9/4/2025).

Rentang waktu bantuan PLTS diterima hingga Tahun 2025, terhitung 8 tahun PLTS tersebut difungsikan.

Saat ini, kondisi aki mesin sudah soak, dan butuh penggantian.

Imbasnya, listrik yang tadinya bisa dinikmati masyarakat mulai pukul 18.00 wita hingga pukul 05.00 wita, hanya mampu dimaksimalkan 4 jam per hari.

‘’Bagaimanapun perangkat lunak punya masa pakai. Dan kita sangat membutuhkan perhatian pemerintah atas kondisi ini,’’ kata dia.

Pemerintah Desa, memberlakukan iuran Rp 50.000 perbulan setiap rumah untuk pembayaran listrik PLTS.

Namun karena listrik yang biasanya berfungsi 10 sampai 12 jam, kini hanya mampu 4 jam, masyarakat banyak yang mempertanyakan masalah iuran.

Jika dikalkulasikan, dalam sebulan, Bumdes Tepian bisa mendapatkan uang pembayaran PLTS, sebesar Rp 7.100.000.

Uang tersebut, digunakan untuk pemeliharaan dan membayar petugas tekhnisi PLTS. Jika ada sisa saldo, uang akan masuk kas desa.

‘’Saat ini, ada sekitar 176 rumah penduduk di Desa Tepian. Yang lain menyambung listrik ke warga yang punya KWH,’’ kata Tohar lagi.

Masalah aliran listrik yang disambungkan ke rumah warga, kerap memicu keributan kecil.

‘’Salah satu contoh yang memicu ribut itu, yang listriknya menyalur ke rumah lain punya TV, sementara rumah yang bersedia menyambungkan listrinya tidak punya. Itu bikin pusing juga,’’ kata Tohar.

Masalah listrik di Desa Tepian sudah seringkali dibawa dalam Musrenbang, bahkan beberapa kali Pemerintah Desa menghadap langsung ke Pejabat Pemda, namun sampai hari ini belum ada solusi.

Secara geografis, Desa Tepian berada di hilir Kabupaten Kota Nunukan, dan hanya bisa ditempuh melalui lajur sungai.

Dari Ibu Kota Kecamatan Sembakung menuju Desa Tepian, membutuhkan perjalanan sekitar 2,5 jam jika ditempuh dengan speed boat bermesin 200 PK.

‘’Dari desa terdekat, Desa Atap, kita butuh uang Rp 150.000 untuk naik speed regular. Kalau beli BBM sendiri, maka butuh Rp 2 jutaan, pulang pergi. Kalau dari Nunukan Kota, beda lagi, pasti jauh lebih mahal ongkosnya, justru kami lebih dekat ke Tarakan,’’ kata Tohar.

Masalah ini juga yang pernah disampaikan pihak PLN. PT. PLN bisa menyalurkan listrik dari gardu induk di Desa Atap, hanya saja, PLN butuh akses untuk menembus Desa Tepian.

‘’Desa Tepian tidak ada akses darat, harus dibuka jalannya, kira kira 50 Km baru bisa tembus ke Tepian,’’ katanya.

Tohar menegaskan, Desa Tepian butuh perhatian serius Pemerintah. Selain listrik PLN, jaringan internet juga masih nihil di wilayah tersebut.

‘’Semoga saja masalah ini jadi perhatian pemerintah. Kami ingin juga merasakan listrik PLN layaknya warga yang lain. Kalau memang belum bisa dari PLN, setidaknya tolong ditambah komunalnya,’’ kata dia.

Respon PLN Nunukan

Dikonfirmasi persoalan jaringan listrik di Desa Tepian, Manager PLN ULP Nunukan, Rendra, mengakui pihaknya belum pernah memasang jaringan listrik di Desa Tepian.

Kendala akses dan terisolirnya Desa Tepian, menjadi factor utama, bagi pemasangan jaringan.

‘’Sebelumnya Desa Tepian belum masuk road map desa yang masuk dalam rencana kerja PLN. Tapi Tahun 2025, sudah masuk road map,’’ jawabnya.

Dengan demikian, PLN akan segera melakukan survey dan melihat langsung kondisi Desa Tepian, sebagai evaluasi untuk rencana pemasangan jaringan listrik.

‘’Kalau sudah masuk road map setidaknya ada progress. Akan kita survey dan kita evaluasi dulu dalam waktu dekat,’’ kata Rendra.