oleh

Cerita Shalsa Bhila Siswi SMA di Nunukan, Curahkan Pengalaman Sakit Hati di Dunia Novel, Dapat Penghargaan Nasional

NUNUKAN, infoSTI – Shalsa Bhila, terlihat sedang berusaha tegar saat menceritakan sejumlah pengalaman pahitnya.

Genangan air mata di pelupuk mata, menyiratkan ada luka yang cukup dalam, sehingga emosi terpendam tersebut, tak mampu ia ceritakan semuanya lewat obrolan.

banner 336x280

‘’Saya orangnya memang sangat perasa. Saya lebih memilih memendam apa yang saya rasa, sehingga air mata saya sering jatuh,’’ tutur gadis mungil yang duduk di bangku kelas XI SMAN I Nunukan Selatan, Nunukan, Kaltara, saat ditemui di sekolahnya, Jumat (27/9/2024).

Shalsa Bhila, merupakan salah satu siswi SMA yang mendapat penghargaan nasional atas sejumlah novel yang ditulisnya.

Namanya keluar sebagai penulis terpilih pada even Gerakan Menulis (GELIS), volume 25 tingkat nasional, yang digagas oleh Teori Kata Publishing beberapa waktu lalu.

Shalsa Bhila menuturkan, semua karyanya, bersumber dari perasaan ’luka’ yang dialaminya.

Baik akibat putus cinta, maupun cara bergaulnya yang kurang diterima di kalangan teman temannya.

Shalsa Bhila lebih sering memendam emosinya, sehingga ia tidak terlalu bisa mengimbangi cara pergaulan teman temannya. Dan itu pula yang menjadikannya sering diejek, dibully dan dicela.

‘’Semua yang saya rasa, menjadi dasar cerita novel yang saya tulis. Jadi emosi, kesedihan dan rasa ingin membalas atas sakit hati saya, semua tertumpah dalam tulisan,’’ ujarnya lagi.

Menurut Shalsa Bhila, menulis novel bisa membawa kita ke dunia lain tanpa batas. Kita bisa bebas menuangkan kisah kehidupan, curhat tentang segala perasaan tanpa sekat, tanpa harus menyiapkan mental dan tanpa musti malu dengan orang lain.

Kendati demikian, ada batasan yang seakan menahan kita lanjut menulis, ketika rangkaian kata yang tertulis, seakan menyimpang dari logika.

‘’Jadi saya punya dunia lain yang bisa membuat saya bebas melampiaskan emosi. Dengan menulis, perasaan saya bisa lebih tenang, dan rasa kecewa bisa terobati,’’ lanjutnya.

Berawal dari sakitnya putus cinta

Inspirasi Shalsa Bhila dalam menulis novel, dimulai saat ia mengenal lawan jenis di aplikasi Telegram.

Disana, ia bermain game Rolleplayer dan menjalin kisah cinta monyet.

Namun hubungan tersebut menorehkan luka dan sakit hati mendalam yang membuatnya trauma, sehingga rasa kecewa tersebut, perlahan merubah kepribadiannya, dan meninggalkan trauma.

‘’Novel pertama saya judulnya The Plot Twist. Itu ada di aplikasi wattpad. Itu tentang kilas balik perjalanan saya yang endingnya jauh dari ekspektasi. Saya memendam trauma, dan salah satu cara mengatasi itu adalah menulis novel,’’ tuturnya.

Shalsa baru memulai menulis novel pada Desember 2023 lalu, saat ia duduk di bangku kelas XI IPA SMAN I Nunukan Selatan.

Ia menulis novel dengan emosi yang bergejolak, sehingga rangkaian kata dalam novel pertamanya terasa mengalir, dengan mengajak penikmat cerita romantic melihat hubungan asmara dari sisi yang berbeda.

Terdapat lebih 500 halaman yang ia selesaikan dalam waktu 6 bulan. Sejak itu, ia menekuni dunia novel dan telah menghasilkan 6 karya.
Masing masing, The plot Twist, IPA 4 CLASS, Misteri di balik olimpiade (antologi cerpen), AstroGeo, Gadis di ujung kegelapan, dan Hujan (antologi puisi).

‘’Yang sudah cetak dua novel. The Plot Twist dan IPA 4 Class. Yang lain masih proses terbit,’’ kata dia.

Hampir semua karya Shalsa Bhila berbau romance, dan berakhir dengan mistery yang menakutkan.

Ia memadukan pengalaman pribadinya yang kerap mendapat perundungan teman temannya, dengan imajinasi liarnya, sampai berujung pada kisah berdarah.

Termasuk novel kedua, IPA 4 Class, AstroGeo, Misteri dibalik Olimpiade, yang terinspirasi dari temannya yang membencinya dan sering mengadu dombanya dengan teman teman lainnya di sekolah.

‘’Menulis novel tentu harus banyak referensi dan punya imajinasi liar. Dengan menulis novel, saya bisa mencurahkan semua perasaan. Saya ingin sekolah saya mengabadikan tulisan saya. Kita semua tentu tahu kalau masa SMA adalah masa masa indah. Saya ingin mengabadikan itu,’’ kata dia.

Kerja sama dengan penerbit buku di Cirebon

Shalsa Bhila mengaku tidak memiliki keturunan penulis. Ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta, sementara ibunya adalah IRT biasa yang sibuk dengan urusan rumah.

Ia mengenal novel dari ibunya yang suka membaca novel. Tema romance, politik, intrik kekuasaan dan balas dendam, menjadi novel yang ia gemari.

‘’Saat ini saya sudah dihubungi penerbit buku CV Teori Kata, Cirebon. Mereka membalas tulisan yang saya kirim karena tertarik dengan karya saya. Saat ini, novel novel saya on proses cetak,’’ kata Shalsa Bhila.

Ia berharap, karyanya akan memiliki pangsa pasar sendiri. Meski berawal dari mencurahkan perasaan di novel, ia juga memiliki keinginan lain mendapatkan uang dari karyanya.

Yang terpenting, novel novel yang ia hasilkan bisa mengisi rak perpustakaan sekolah, dan namanya bisa dikenang di kalangan teman teman dan guru.

‘’Sebenarnya saya ingin memberi tahu pada teman teman yang tidak suka dengan saya. Ini cara saya membalas perlakuan buruk mereka. Tak harus membalas dengan cara yang sama, asal kita mendapat pengakuan sebagai pelajar berprestasi, itu lebih bermakna ketimbang membalas kebencian dan permusuhan yang selama ini saya dapat,’’ kata Shalsa Bhila.

Kepala Sekolah SMAN I Nunukan Selatan, Mahria, mengatakan, tidak menutup kemungkinan, novel karya Shalsa Bhila mengisi rak perpustakaan sekolah nantinya.

‘’Shalsa Bhila sudah mendapatkan sertifikat penulis cerpen tingkat nasional,’’ jawabnya.