NUNUKAN, infoSTI – Timpangnya pembangunan yang terjadi di Indonesia, kembali mengemuka ketika banyak unggahan infrastruktur rusak parah di dataran tinggi Krayan, wilayah yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Salah satu unggahan yang masih belum terlalu terpublikasi, adalah jembatan Pa’Lutut, di Kecamatan Krayan Barat.
Akses satu satunya yang menghubungkan Desa Kurid, dengan Ibu Kota Kecamatan Krayan Barat ini, rusak parah dan tak bisa dilalui kendaraan.
‘’Jembatan Pa’Lutut diperbarui sekitar 2016, sekarang jabuk, dan terturun sekitar 2 meter. Hujan yang mengguyur membuat kondisi jembatan yang lapuk itu tertimbun tanah lumpur, dan sudah tak bisa dilalui kendaraan,’’ ujar salah satu tokoh masyarakat Desa Kurid, Kecamatan Krayan Barat, Hendra Darmawan, dihubungi, Sabtu (8/2/2025).
Di Desa Kurid, jelas Hendra, terdapat dua lokasi dengan masing masing 3 Desa.
Lokasi pertama adalah Desa Long Puak, Desa Long Mangan, dan Desa Tapak Mulan.
Lokasi kedua, Desa Buduk Kubul, Desa Pa’Inan, dan Desa Long Kabid.
Kerusakan jembatan penghubung tersebut, membuat masyarakat 6 Desa terisolasi.
Mereka tak bisa keluar desa untuk menjual hasil bumi, maupun berbelanja kebutuhan pokok.
‘’Desa Kurid ini belum pernah merasakan akses bagus. Jangankan aspal, listrik saja belum pernah dirasakan masyarakat Kurid,’’ kata Hendra.
Seminggu terakhir, sejak jembatan rusak oleh banjir, masyarakat Kurid hanya bisa mengendarai motor dan memarkirkannya di ujung jembatan.
Mereka akan berjalan kaki meniti jembatan, sampai berjalan 8 Km menuju Ibu Kota Kecamatan.
Beberapa warga, memilih menghubungi keluarganya untuk menjemputnya di seberang jembatan, terutama bagi warga yang membawa barang bawaan atau palawija untuk dijual di pasar.
‘’Untuk sampai pasarnya bisa 12 km, dan kita bisa menjual hasil panen untuk kemudian pulangnya membawa barang barang Sembako dari Malaysia,’’ tuturnya.
Di Krayan, barang barang kebutuhan pokok memang bisa dikatakan 95 persen berasal dari negeri tetangga.
Akses Krayan yang masih sulit ditempuh, membuat masyarakat memiliki ketergantungan tinggi atas produk asing Malaysia.
Untuk menuju Krayan dari Ibu Kota Kabupaten Nunukan, hanya bisa diakses dengan pesawat perintis.
Sementara jika dari Kabupaten terdekat, Kabupaten Malinau, bisa ditempuh 18 jam, dan bisa jauh lebih lama saat musim hujan.
Jalanan di Krayan akan menjelma lumpur dan menenggelamkan ban mobil.
Biasanya, masyarakat akan tidur di tengah hutan karena lamanya menghabiskan waktu di jalan yang rusak.
‘’Mungkin kalau aksesnya diperbaiki, listrik sudah masuk, masyarakat Kurid bisa sedikit tenang. Sekarang, masyarakat susah, harga Sembako naik, apalagi driver yang mengambil Sembako dan kebutuhan lain ke Malaysia kesulitan menembus jalanan yang rusak,’’ keluhnya.
Hendra yang juga merupakan guru di SMKN I Krayan Induk ini menuturkan, sebenarnya, PLN sudah memasang tiang listrik dan kabel jaringan pada sekitar Bulan Desember 2023 lalu.
Proyeksinya, Februari 2025, listrik bisa dinikmati masyarakat. Sayangnya, sampai hari ini, instalasi ke rumah warga belum satupun terpasang, termasuk meteran listrik.
‘’Jadi kami mohon ini menjadi bahan pemikiran pemerintah. Kami tidak mau berfikir kalau kami di anak tirikan. Kami masih bagian dari Indonesia,’’ tegasnya.
Sebenarnya, kondisi Kurid, yang merupakan daerah pedesaan paling ujung di Kecamatan Krayan Barat, sudah mengalami kesulitan sejak dahulu.
Bahkan di saat wilayah Krayan Barat lain, sudah ada listrik. Desa Kurid, semakin merasa tertinggal. Untuk keluar desa saja, masih sangat kesulitan.
‘’Pembangunan dari pinggiran seperti yang dikatakan Pemerintah Pusat, belum dirasakan warga Kurid,’’ lanjutnya.
Padahal, kata Hendra, Kurid, merupakan Desa yang diakui sebagai penghasil padi Adan (padi organik khas Krayan) terbaik.
Pemerintah dan Kementrian juga memberikan sertifikat, atas produktifitas dan kualitas beras putih Adan dari persawahan Desa Kurid.
‘’Yang masyarakat paling inginkan saat ini, mohon jembatan diperbaiki. Itu harapan perputaran ekonomi kami, agar kami bisa bertahan hidup,’’ harap Hendra.