oleh

Memaknai Tahun Ular 2576 Kongzili, Kaum Tionghoa di Nunukan Ajak Masyarakat Jaga Kesehatan

NUNUKAN, infoSTI – Menjelang perayaan Imlek 2025, terlihat sejumlah TNI di Klenteng San Sen Kong, Nunukan, Kaltara.

Para tentara tersebut, sibuk bergotong royong membersihkan area Klenteng yang akan menjadi pusat peribadatan ummat Tionghoa di perbatasan RI – Malaysia, pada Rabu (29/1/2025) nanti.

‘’Tradisi gotong royong, apalagi untuk ummat minoritas yang akan merayakan Tahun Baru mereka (Tionghoa), tentu membutuhkan banyak bantuan dan kepedulian,’’ ujar Danramil Nunukan, Mayor CBA Teguh Setiawan, ditemui Jumat (24/1/2025).

Teguh menegaskan, kehadiran TNI menjadi perlambang yang menunjukkan kepada warga Negara, bahwa TNI berasal dari Rakyat dan untuk Rakyat.

Selain itu, TNI juga berkewajiban memelihara kerukunan antar suku dan umat beragama, sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika.

‘’Minoritas bukan berarti untuk kalah kalahan. Kehadiran TNI merupakan perwakilan rakyat Indonesia, untuk menunjukkan budaya santun dan guyub rukun, yang selama ini sering terabaikan dengan ramainya isu di media social,’’ tegas Teguh.

Klenteng San Sen Kong, dibangun tahun 2003 dan diresmikan oleh Bupati Nunukan Pertama, Abdul Hafid Ahmad, di Tahun 2008.

San Sen Kong, juga menjadi salah satu destinasi wisata bagi warga Malaysia yang berkunjung ke Nunukan.

Mereka menjadikan klenteng yang bentuk bangunannya berkiblat pada Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur ini, sebagai lokasi swafoto.

Pengurus dan penanggung jawab Klenteng San Sen Kong, Nunukan, Susanto, sangat berterima kasih kepada para TNI yang selalu menyempatkan waktu mereka, membantu membersihkan area klenteng.

‘’Kami benar benar sangat terbantu dengan bapak bapak TNI. Benar sekali kata Pak Danramil, karena kami minoritas, dukungan dan kebersamaan membuat kami merasa nyaman dalam melakukan segala aktifitas, tidak terkecuali peribadatan,’’ kata Susanto.

Imlek di tapal batas negeri

Kabupaten Nunukan, merupakan wilayah perbatasan RI – Malaysia, dengan segala keterbatasannya.

Untuk momen Imlek, warga Tionghoa, tentu memiliki kesultannya sendiri.

Untuk memesan ornamen hari raya, misalnya, mereka harus mendatangkannya dari Pasar Turi, Surabaya.

Alat peribadatan seperti dupa, lilin besar dan sejumlah alat yang tak mudah rusak, dikemas dan dikirim ke Nunukan menggunakan kontainer, via jalur laut.

‘’Warga Tionghoa secara swadaya memesan barang barang itu untuk diserahkan ke Klenteng. Setiap tahun kita pesan dari Surabaya,’’ kata dia.

Sementara barang yang mudah busuk seperti jeruk mandarin, warga Tionghoa Nunukan, membelinya di Tawau, Malaysia.

‘’Kue keranjang juga kami beli di Malaysia. Tapi di Tarakan sudah banyak, jadi sebagian kami datangkan juga dari Tarakan,’’ imbuhnya.

Susanto menyesalkan nihilnya atraksi Barongsai di perayaan Imlek Nunukan. Meski dulu sempat ada, anak anak muda Tionghoa Nunukan jarang yang berminat untuk belajar.

‘’Kemeriahan Imlek di Nunukan tentu kurang terasa. Sempat ada pawai Barongsai, diiringi meriahnya suara petasan dan pesta kembang api. Tapi sekarang, karena para penggiat Barongsai tidak ada regenerasi, Nunukan tidak pernah dirayakan dengan Barongsai,’’ sesalnya.

Pengurus Klenteng San Sen Kong Nunukan, Susanto bersama Danramil Nunukan, Mayor CBA Teguh saat kerja bhakti membersihkan klenteng jelang Imlek 2025.

Ajak warga Nunukan menjaga kesehatan

Imlek Tahun 2025, menjadi pergantian shio naga ke shi ular kayu. Lalu apa filosofi shio ular menurut ummat Tionghoa di Nunukan?

Susanto mengatakan, ular merupakan binatang yang sulit ditebak. Salah satu binatang yang sulit dipelihara, dan merupakan predator murni.

Kendati demikian, bagian ular, seperti darah ular, empedu dan dagingnya, dikenal menjadi obat mujarab bagi banyak orang.

‘’Ada sisi yang harus dijaga, dan ada sisi yang menetralkan keadaan atau resiko. Sehingga, shio ular melambangkan kehati hatian dan sebaliknya, melambangkan kesehatan,’’ jelas Susanto.

Di sisi sifat ular yang sulit ditebak dan selalu menyerang mangsa, kita bisa mengambil filosofi untuk selalu waspada, berhati hati pada situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat ini.

Musim penghujan yang masih tinggi, tentu menjadikan kita lebih memperhatikan kesehatan.

‘’Perubahan iklim pasti mempengaruhi tubuh. Dengan demikian, mari kita menjaga kesehatan, giat olahraga,’’ kata Susanto.

Shio ular juga menjadi masa kurang beruntung bagi shio shio tertentu. Dengan demikian, Susanto berpesan juga mengajak masyarakat untuk memperbanyak amal kebajikan, serta peka dengan keadaan tetangga sekitar.

‘’Sebagaimana hukum alam, ada sebab, ada akibat. Semua kembali pada diri masing masing. Shio Ular sebenarnya berbicara itu, ular hanya menyerang ketika merasakan dirinya dalam bahaya atau berburu mangsa. Pandai pandailah melihat keadaan agar akibat yang timbul bukan keburukan,’’ kata Susanto.